TRIBUNNEWS.COM, MARAWI - Korban tewas dari kelompok militan Maute yang berafiliasi dengan ISIS bertambah menjadi 89 orang.
Dengan demikian jumlah korban tewas akibat pertempuran pasukan militer Filipina dengan kelompok militan Maute menjadi 129 orang.
Kata juru bicara militer Restituto Padilla Rabu (31/5/2017), sebanyak 960 warga sipil telah diselamatkan, dan sekitar 1.000 warga masih terjebak di Kota Marawi, Mindanao, Filipina Selatan.
Dia mengatakan pasukannya telah menyisir dan menguasai hampir 90 persen dari kota Marawi, ketika lebih sepekan pertempuran berlangsung.
Padilla juga menyatakan video dari seorang pastor yang disandera yang tersebar mungkin sedang digunakan oleh militan sebagai alat propaganda.
Di tempat berbeda sebelumnya, Presiden Filipina Rodrigo Duterte menuding pembiayaan dari para gembong narkoba mengalir ke kelompok militan Maute yang menyerbu kota Marawi.
Lebih jauh Duterte mengatakan, para pengedar narkoba yang terdesak oleh operasi pemerintah kemudian bergabung dengan Maute untuk mendapat perlindungan.
"Setelah mereka terdesak oleh perang anti-narkoba pemerintah, mereka kemudian menyebut diri mereka berjihad agar mendapat perlindungan dari kelompok itu," ujar dia.
Dia melanjutkan, perdangan narkoba menjadi akar konflik ini.
Sebab, lanjut Duterte, Marawi dikenal sebagai pusat peredaran sabu-sabu dan obat-obatan terlarang lain di Mindanao.
Duterte bahkan mengatakan, kakak beradik Maute yang menjadi pentolan kelompok itu memiliki laboratorium pengolahan sabu di Marawi setelah mempelajari bisnis itu di Manila.
Penggerebekan yang dilakukan aparat keamanan di halaman belakang kediaman ayah kakak beradik Maute itu, lanjut Duterte, luput dari sorotan media.
"Para pengikut Maute yang juga bekerja untuk beberapa politisi, diiming-imingi uang dan senjata api," kata Duterte.
Duterte menegaskan, kakak beradik Maute sebenarnya adalah para pengedar narkoba yang berpura-pura bersekutu dengan ISIS hanya karena keberadaan pimpinan Abu Sayyaf, Isnilon Hapilon. (AP/Inquirer/The Philstar)