TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Pelaku ketiga serangan teror di Inggris, Minggu (4/6/2017), diketahui pernah mengaku pada polisi bahwa dirinya ingin menjadi teroris.
Insiden mematikan terjadi di London Bridge dan Borough Market, London, Inggris, yang telah menewaskan tujuh orang dan melukai 48 orang.
Sebuah van tiba-tiba menyambar sejumlah pejalan kaki di London Bridge, disusul aksi penikaman di daerah wisata kuliner Borough Market.
Setelah van menabrak pembatas jalan, muncul tiga orang bersenjata tajam berlari ke arah Borough Market dan mulai menikam orang-orang secara membabibuta.
Ketiga pelaku penikaman tewas ditembak oleh polisi.
Kepolisian Inggris, Rabu (7/6/2017), telah merilis nama terakhir dari tiga pelaku serangan mematikan tersebut.
Hasil identifikasi kepolisian menetapkan bahwa pelaku ketiga serangan itu adalah Youssef Zaghba (22).
Juru bicara Kepolisian Metropolitan London Raya mengatakan Youssef Zaghba merupakan seorang warga Italia keturunan Maroko, yang namanya tak pernah masuk dalam catatan kepolisian Inggris.
Namun, nama Youssef Zaghba pernah dilaporkan sebagai peringatan bagi otoritas Inggris oleh otoritas Italia.
Badan intelijen Italia mengatakan pihaknya pernah mendapati informasi bahwa Youssef Zaghba pernah berupaya untuk melakukan perjalanan ke Suriah dari Italia.
Namun, Youssef Zaghba sempat ditahan oleh otoritas Italia di Bandara Bologna Guglielmo Marconi, Italia.
Saat ditanyai oleh polisi, Youssef Zaghba menjawab, "Saya ingin jadi teroris".
Pergerakan Youssef Zaghba ke Inggris dari Italia kemudian membuat badan intelijen Italia memperingatkan otoritas Inggris dan Maroko soal itu.
Sebelumnya, Selasa (6/6/2017), kepolisian telah merilis nama dua dari tiga pelaku serangan itu, yaitu Khuram Butt (27) dan Rachid Redouane (30).