TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Rudal balistik Korea Utara (Korut) ternyata hanya rakitan luarnya saja, modifikasi bentuknya lalu diberi tipe lain. Padahal isinya, khususnya mesin rudal sama sejak tiga peluncuran terakhir
Demikian diungkapkan peneliti Michael Elleman, Senior Fellow IISS (International Institute for Strategic Studies) untuk pertahanan rudal.
"Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa Korea Utara berhasil merancang dan mengembangkan LPE (liquid-propellant engine) secara asli dari awal. Bahkan setelah mengimpor mesin Scud dan Nodong, Korea Utara telah menguasai produksi klon, yang tetap diperdebatkan. Ini tidak berarti bahwa ia dapat merancang, mengembangkan dan memproduksi LPE yang besar dari awal, terutama yang menggunakan propelan dengan kinerja lebih tinggi dan menghasilkan dorongan 40 ton," ungkapnya, Senin (14/8/2017).
Dengan demikian rusal Korut yang ada hanya modifikasi kerangka luar saja lalu diberikan tipe masing-masing sesuai desainnya.
"Klaim bahwa LPE adalah produk Korea Utara akan lebih dapat dipercaya jika para ahli di negara tersebut pada masa lalu mengembangkan dan menguji serangkaian mesin yang lebih kecil dan kurang kuat, namun tidak ada laporan aktivitas tersebut," kata dia.
Baca: Mesin Rudal Balistik Korut Bukan Dibeli dari Pemerintah Ukraina Tapi dari Pasar Gelap
Memang, sebelum penerbangan Hwasong-12 dan -14, setiap rudal berbahan bakar cair diluncurkan oleh Korea Utara--semuanya Scuds and Nodongs, bahkan Musudan--didukung oleh mesin yang dikembangkan dan diproduksi oleh perusahaan Rusia yang bernama A.M. Isayev, Rudal Scud, Nodong dan R-27 (dari mana Musudan itu berasal) dirancang dan awalnya diproduksi oleh keprihatinan Rusia yang dinamai V.P. Makeyev.
"Oleh karena itu, jauh lebih mungkin bahwa Hwasong-12 dan -14 didukung oleh sebuah LPE yang diimpor dari kekuatan rudal yang mapan," kata dia.
Jika mesin ini diimpor, sebagian besar sumber potensial dapat dihilangkan karena fitur eksternal, kombinasi propelan dan profil kinerja LPE yang bersangkutan unik.
Mesin yang diuji oleh Korea Utara tidak secara fisik menyerupai LPE yang diproduksi oleh AS, Prancis, China, Jepang, India atau Iran.
Juga tidak satupun dari negara-negara ini menghasilkan mesin yang menggunakan propell proporable dan menghasilkan dorongan yang diberikan oleh LPE Hwasong-12 dan -14.
"Hal ini berarti meninggalkan bekas Uni Soviet sebagai sumber yang paling mungkin sebagai pemasok mesin rudal ke Korut," ujarnya.
Mengingat ketergantungan Korea Utara sampai saat ini mengenai teknologi yang berasal dari perusahaan Isayev dan Makeyev, orang mungkin menduga salah satu atau keduanya kemungkinan sebagai pemasok. Ternyata tidak demikian.
Baca: Sang Marinir Bicara Blak-blakan Tujuannya Membunuh Istri Kades