TRIBUNNEWS.COM - Di Indonesia, film-film korea sangat diminati di Indonesia terutama film-film drama romantis.
Tak hanya film-filmnya, aktris-aktornya pun menjadi incaran masyarakat Indonesia terutama para kawula muda.
Namun terkadang kehidupan orang Korea tak sebaik serial drama yang kita tonton.
Bahkan seperti yang telah dikutip dari IDN Times.com menurut OECD Better Life Index, Korea Selatan termasuk salah satu negara yang menduduki peringkat terendah dalam tingkat kebahagiaan warganya.
Berikut beberapa hal yang menjadi alasannya.
1. Mereka melewati musim dingin yang berat tiap tahun
Kita selalu beranggapan kalau musim dingin itu indah dan romantis, memang benar, tapi tidak selalu begitu, lho.
Memang tidak separah di Rusia, tapi musim dingin di Korea juga cukup berat.
Ditambah lagi debu kuning dari gurun-gurun di Mongol, badai dan angin yang kencang. Musim dingin yang berat dapat menyulitkan hidup banyak warga.
2. Tidak bisa bersantai
Warga Korea dikenal dengan budaya yang 'cepat-cepat' atau tidak bisa bersantai.
Coba saja kamu mengunjungi stasiun subway saat jam kerja, kamu akan melihat orang-orang berlari ke sana dan ke mari, tak peduli dengan sekelilingnya, mereka hanya ingin cepat-cepat.
Hidup mereka serasa terus dikejar waktu dan ini dapat memberi tekanan pada hidup orang sehari-harinya.
3. Senioritas yang juga mengakibatkan bullying
Bullying sangatlah umum terjadi di kalangan orang Korea, terutama mereka yang masih sekolah dan kuliah.
Umur atau tingkatan adalah hal yang penting bagi mereka, di mana yang tua atau bertingkat tinggi bisa seenaknya mem-bully mereka yang 'dibawahnya'.
4. Standar kecantikan yang kurang realistis
Kalau berpikir tentang orang Korea, kita pasti berpikir kalau mereka itu ganteng dan cantik.
Tidak ada yang salah dengan menjadi orang yang rupawan, tapi Korea sudah sangat terpaku dengan gambar kecantikan sehingga mereka jadi sangat terobsesi denganya.
Mereka yang tidak cantik diperlakukan berbeda dengan mereka yang cantik.
Akhirnya orang-orang lebih memutuskan untuk berpikir pendek dan melakukan operasi plastik saja, bagaimanapun caranya asalkan bisa tampil cantik saja.
5. Standar akademik yang tidak realistis
Anak-anak SMP dan SMA di Korea tidak akan pulang rumah sebelum jam 10 malam. Apa yang mereka lakukan? Mereka harus belajar, belajar dan belajar.
Les sudah bukanlah pilihan, tapi kewajiban.
Tidak ada tugas atau PR pun, mereka tetap harus duduk di meja dan belajar sampai larut malam.
Akhirnya banyak dari mereka yang tidak bisa menikmati hidup mereka karena selalu ditekan dengan tuntutan belajar.
6. Kompetitif dalam segala hal
Terutama dalam hal akademik, Korea Selatan sangatlah kompetitif.
Misalnya, dalam sebuah kelas, jika kita mendapat nilai 90 tapi orang-orang lain mendapat nilai 95, maka nilai kita di rapot akhir tidak keluar sebagai A tapi B atau C, karena dibandingkan orang lain nilai kita lebih buruk.
Karena sistem yang demikian, akhirnya orang Korea lebih terfokus untuk saling berkompetisi dengan orang lain dibandingkan belajar untuk dirinya sendiri.
Tidak peduli kalau kita dapat nilai hanya 60, asalkan orang lain dapat lebih rendah dari kita.
7. Kesenjangan sosial
Di Korea Selatan juga terdapat kesenjangan sosial yang cukup besar.
Tingkat sosial sangatlah penting dan mereka yang di atas, lagi-lagi, bisa seenaknya mem-bully mereka yang di bawah.
8. Kesenjangan dalam pendapatan
Bisa dibilang Korea Selatan adalah negara yang makmur, tingkat pertumbuhan ekonominya sangatlah baik.
Akan tetapi, kekayaan itu tidak terbagi rata dalam negaranya.
Kesenjangan dalam pendapatan sangatlah tinggi dan mereka yang ada di bawah sudah tidak mungkin rasanya bisa berkompetisi dengan mereka yang ada di atas.
9. Masih sedikit tertutup
Meskipun bisa dibilang negara yang demokratis dan maju, masih ada bagian dari Korea Selatan yang agak tertutup dan konservatif.
Banyak dari warganya yang tidak bisa lepas dari jerat sosial dan politik dan tidak bisa dengan bebas mengutarakan isi hatinya. Terutama mereka yang posisinya rendah dalam tingkat sosial dan ekonomi.
10. Perseteruan dengan Korea Utara yang tak kunjung selesai
Konflik Korea Utara dan Korea Selatan tidak kunjung berhenti.
Meskipun situasi bisa dibilang aman saat ini, tekanan dari Korea Utara bisa datang kapan saja.
Untuk mempersiapkan hal ini, semua pria di Korea Selatan mengikuti wajib militer selama 18 bulan.
Karena ketengangan politik ini, banyak dari kaum pria di Korea Selatan yang stress karena harus berhenti sekolah atau bekerja untuk mengikuti militer, dan sebagainya.
Sampai-sampai, banyak yang memutuskan untuk pergi meninggalkan Korea agar mereka tidak harus ikut wajib militer itu.
Konflik Korea Utara dan Korea Selatan tidak kunjung berhenti.
Meskipun situasi bisa dibilang aman saat ini, tekanan dari Korea Utara bisa datang kapan saja.
Untuk mempersiapkan hal ini, semua pria di Korea Selatan mengikuti wajib militer selama 18 bulan.
Karena ketengangan politik ini, banyak dari kaum pria di Korea Selatan yang stress karena harus berhenti sekolah atau bekerja untuk mengikuti militer, dan sebagainya.
Sampai-sampai, banyak yang memutuskan untuk pergi meninggalkan Korea agar mereka tidak harus ikut wajib militer itu.
11. Dan semua itu berakhir dalam tingkat stres yang luar biasa tingginya
Ya, tingkat stress di Korea Selatan sangatlah tinggi.
Seperti yang sudah kita ketahui, banyak sekali tekanan yang harus dialami orang-orang Korea dalam hidupnya sehari-hari.
Hingga saat ini, Korea Selatan memegang peringkat pertama dalam tingkat bunuh diri paling tinggi sedunia.
Tidak disangka ya, negara yang kelihatan sangat indah dan romantis di drama-drama ternyata memiliki sisi yang gelap juga. (Sriwijaya Post)