TRIBUNNEWS.COM - Aparat keamanan Myanmar diduga memang mencoba untuk mengusir warga Muslim Rohingya dari negara bagian Rakhine.
Pegiat Arakan Project, Chris Lewa, mengatakan, kelompok pengamanan swakarsa di Rakhine pun ikut serta dalam pembakaran desa-desa yang dihuni warga Rohingya.
"Apa yang kami dengar adalah (orang-orang berteriak) 'bakar, bakar, bakar'. Dan sepertinya (pembakaran) menyebar dari selatan ke utara," kata Lewa, Jumat (1/9/2017).
Dalam wawancara dengan BBC, Lewa mengatakan pembakaran rumah-rumah warga Rohingya berlangsung secara sistematis.
"Menurut saya sangat sistematis. Dari satu desa ke desa-desa yang lain. Kami juga mendengar orang-orang dibunuh ketika desa mereka diserang," kata Lewa.
Foto-foto yang beredar dalam beberapa hari terakhir memperlihatkan asap hitam membumbung ke angkasa dari desa-desa yang ditinggalkan warga Rohingya.
Apa yang disampaikan Lewa menguatkan kesaksian Abdullah, salah seorang pengungsi Rohingya, yang saat ini berusaha masuk ke negara tetangga, Banglades.
"Sangat menakutkan, rumah-rumah dibakar, orang-orang berlarian meninggalkan rumah mereka, anak dan orangtua terpisah, beberapa di antaranya hilang, yang lainnya tewas," kata Abdullah.
Lewa juga menuturkan, adanya pembunuhan 130 warga Rohingya di Desa Chut Pyin yang diduga dilakukan aparat keamanan Myanmar, dan kelompok pengamanan swakarsa.
"Kami diberi tahu bahwa tentara mengepung desa dan menyerang warga yang mencoba menyelamatkan diri."
Pernyataan Lewa ini dilansir harian Inggris, The Guardian.
"Informasi yang kami peroleh dari lapangan menyebutkan, setidaknya 130 tewas, sebagian besar akibat luka tembak."
"Angka ini kami dapatkan dari jumlah korban yang telah dikubur," kata dia sambil menambahkan bahwa insiden ini terjadi pada hari Minggu (27/8/2017).
Operasi pembersihan
Pemerintah Myanmar tidak membolehkan wartawan masuk ke kawasan Rakhine, sehingga pernyataan di atas belum bisa diverifikasi.
Namun, foto-foto yang didapatkan wartawan memperlihatkan desa-desa yang dibakar dan juga para korban yang mengalami luka tembak.
PBB mengatakan hampir 40.000 warga Rohingya mengungsi ke Banglades dalam sepekan terakhir.
Krisis terbaru dipicu oleh serangan oleh milisi Rohingya terhadap beberapa pos keamanan pekan lalu, yang kemudian dibalas dengan aksi militer oleh pemerintah Myanmar.
Sumber militer Myanmar mengatakan, tak kurang dari 400 orang tewas dalam gelombang kekerasan terbaru ini.
Dubes Amerika Serikat untuk PBB, Nikki Haley, mengecam keras serangan milisi Rohingya, tapi juga mendesak militer Myanmar untuk tidak menyerang warga sipil yang tidak berdosa.
Haley mengatakan, aparat keamanan Myanmar wajib mematuhi hukum kemanusiaan internasional, dengan tidak menyerang warga sipil atau petugas bantuan kemanusiaan.
Namun, militer Myanmar mengatakan apa yang mereka lakukan adalah operasi membersihkan Rakhine dari unsur-unsur teroris.(Glori K. Wadrianto/BBC Indonesia)
Berita ini telah dimuat di Kompas.com berjudul: "Kami Dengar, Orang-orang Berteriak Bakar, Bakar, Bakar..."