TRIBUNNEWS.COM, DHARAMSALA - Dalam suratnya kepada pemimpin politik Myanmar Aung San Suu Kyi, pemimpin spiritual Tibet Dalai Lama menyampaikan kekecewaan soal krisis Rohingya.
Sosok ikon Buddhis sedunia itu kembali mendesak rekannya sesama penerima Penghargaan Nobel Perdamaian itu untuk mengakhiri konflik di Rakhine, Myanmar.
Melalui sebuah surat, Dalai Lama meminta Suu Kyi menggunakan "pengaruhnya untuk membawa perdamaian".
"Bolehkah saya menulis surat lagi kepada Anda, untuk mengungkapkan betapa kecewanya saya terhadap keadaan menyedihkan yang tampaknya semakin memburuk itu?" tulis Dalai Lama.
Dalam surat yang dibocorkan isinya oleh sejumlah media asing, Senin (11/9/2017), itu, Dalai Lama mengungkap kekecewaannya atas konflik kekerasan yang semakin parah.
Dalai Lama juga memperingatkan Suu Kyi dan pejabat-pejabat pemerintahan Myanmar bahwa penyelesaian konflik yang tidak melalui jalur damai hanya akan membawa pada kehancuran.
"Saya meminta pada Anda dan pemimpin-pemimpin Myanmar lainnya untuk mendekati semua lapisan masyarakat demi mengembalikan kerukunan," kata Dalai Lama.
"Sebagai sesama Buddhis dan penerima Penghargaan Nobel, saya mohon pada Anda dan rekan-rekan Anda untuk mencarikan solusi yang manusiawi dan berkepanjangan," lanjutnya.
Dalai Lama mengaku prihatin atas apa yang terjadi dengan warga Rohingya di Rakhine, terlebih karena konflik dan diskriminasi terjadi di negara berpenduduk mayoritas Buddhis.
Menurut Dalai Lama, jika keadaan tersebut dihadapkan oleh Sang Buddha, Dia pasti akan tergerak untuk menolong muslim Rohingya.
"Mereka yang mendiskriminasi muslim harus mengingat teladan Sang Buddha," kata Dalai Lama, ditemui di Kota Dharamsala, India.
Lebih dari 1.000 orang sudah tewas dalam konflik di Rakhine, menurut laporan Pelapor Khusus PBB untuk HAM di Myanmar, Yanghee Lee.
Lee menambahkan, jumlah tersebut kemungkinan termasuk korban tewas dari dua pihak yang berseteru, yakni pasukan militer Myanmar dan militan pemberontak Rohingya.
"Tapi bisa jadi yang paling banyak adalah warga Rohingya," lanjutnya.
Sekitar 670 ribu warga Rohingya telah menghuni tempat-tempat pengungsian di sepanjang perbatasan Bangladesh dan Myanmar.
Pemimpin Politik Myanmar, Aung San Suu Kyi, mengatakan pemerintah mengupayakan yang terbaik untuk melindungi semua orang dari konflik.
Namun, Suu Kyi tidak mengacukan kalimatnya secara langsung pada warga Rohingya, yang selama ini dianggap menjadi korban dalam konflik itu.
Suu Kyi menuai kritik dan kecaman karena dianggap bungkam terhadap perlakuan Myanmar terhadap warga Rohingya, yang dinilai kerap menerima diskriminasi. (VOA News/AFP)