TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Uji coba nuklir terakhir yang akan dilakukan oleh Korea Utaradiperkirakan dua kali lebih kuat dibanding dengan nuklir yang pertama. Kekuatan nuklir terakhir juga 17 kali lebih kuat daripada bom Hiroshima, menurut analis 38 North.
Rabu (13/9/2017) kemarin, Bloomberg melaporkan, data seismik baru dari ledakan pada 3 September menunjukan ledakan nuklir sekitar 250 kiloton.
Padahal perkiraan awal hanya 120 kiloton.
Analis Frank Pabian, Joseph Bermudez Jr. dan Jack Liu dalam sebuah tulisannya mengatakan energi yang dilepaskan oleh bom AS yang diledakkan di Hiroshima pada tahun 1945 sekitar 15 kiloton.
“Hasil ledakan yang mencapai 250 kiloton tersebut mendekati apa yang telah ditentukan sebelumnya,” ujar analis 38 North. Kemudian terdapat pula citra satelit yang menunjukkan tanah longsor di atas situs yang lebih banyak dan luas daripada lima uji coba sebelumnya.
Baca: Raih Sertifikasi, Minggu Lusa Skytrain Bandara Soekarno Hatta Uji Coba Angkut Penumpang
Selain itu terdapat pula peningkatan drainase air di sekitar area portal utara situs. Kemungkinan hal tersebut terjadi akibat uji coba tersebut. Aliran air bawah tanah semacam itu dapat menyebabkan kontaminasi ke permukaan.
Baca: Kami Bulat Sebulat-bulatnya Mengajukan Pak Prabowo Menjadi Calon Presiden 2019
Uji coba keenam yang dilakukan Korea Utara adalah bagian dari program senjata di bawah pemimpin Kim Jong Un, yang telah bersumpah untuk mengembangkan teknologi rudal yang dapat meluncurkan nuklir ke daratan AS.
Untuk diketahui, Dewan Keamanan PBB telah menyetujui sanksi baru terhadap Korea Utara pada Senin (11/9) untuk menekan Kim agar melakukan negosiasi tentang peluncuran nuklir.
Reporter: Arkani Ikrimah