TRIBUNNEWS.COM, MYANMAR - Ratusan warga Rohingya, termasuk anak-anak, harus berdesak-desakan untuk mendapatkan paket bantuan yang dilempar dari truk di Balukhali, Kota Cox's Bazar, Banglades.
Di wilayah yang berbatasan dengan Myanmar itu, banyak wanita terlihat berjejalan dengan balita diusung di pundak mereka, dan harus berdiri di bawah guyuran hujan deras.
Tak lain, mereka hanya menunggu bantuan makanan, terpal dan juga pakaian yang didistribusikan orang-orang Banglades.
Biasanya, pola penyebaran bantuan itu dilakukan secara acak, dengan truk terbuka yang melintasi kamp pengungsi dan kemudian melempar keluar bantuan itu.
Kekacauan pun muncul. Seperti yang terjadi di sekitar Balukhali, di mana sejumlah besar warga Rohingya dari wilayah Rakhine mengungsi.
Hujan deras menambah kesengsaraan mereka sebagai kelompok etnis yang teraniaya.
Baca: Masyarakat Rohingya Sedang Kesusahan Tapi Dipolitisasi (untuk) Menekan Pemerintah Jokowi
Lebih dari separuh dari jumlah perkiraan total 412.000 warga Rohingya yang telah lolos dari kekerasan di Myanmar, tinggal di tempat sementara, tanpa tempat tinggal yang layak, air minum bersih, dan sanitasi.
Pada hari Minggu kemarin, petugas polisi dan tentara terlihat mulai memeriksa kendaraan yang datang dari kamp menuju Kota Cox's Bazar.
Pemeriksaan itu terjadi sehari setelah Pemerintah Banglades mengumumkan pembatasan pada gerakan para pengungsi.
Arefa, bersama ratusan orang Rohingya, termasuk di antara orang banyak yang menunggu bantuan yang sangat dibutuhkan.
Dia basah kuyup, menahan anak perempuannya yang berusia dua tahun, Minara di bahunya.
Baca: Panglima Tentara Myanmar Jelaskan Alasan Usir Muslim Rohingya
Arefa menangis. Dia bilang, tidak ada makanan untuknya dan kedua anaknya.