Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Kamis (28/9/2017) kemarin parlemen majelis rendah Jepang dibubarkan oleh Ketua Sidang Yohei Kono.
Semua anggota parlemen setuju lalu berteriak 'Banzai Banzai Banzai! di dalam ruang sidang parlemen.
"Kita tidak bisa percaya apalagi mengharapkan, tak bisa diharapkan penggabungan banyak orang campur-campur menjadi satu partai politik baru. Apalagi dibentuk hanya dalam rangka menghadapi pemilihan umum," kata Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe setelah membubarkan parlemen siang hari.
Sementara Ketua Partai Oposisi Demokrat (DPJ), Seiji Maehara mengharapkan oposisi bergabung dan tidak mengharapkan pimpinan menghadapi Abe dari dalam partainya tetapi sangat berharap Yuriko Koike menjadi pemimpin kelompok oposisi menghadapi pemilu mendatang.
Baca: Sempat Jatuh di Kamar Mandi, Tangan Setya Novanto Dipasangi Stiker Fall Risk
Pemilu akan dilakukan mulai 10 Oktober dan berakhir, serta diumumkan 22 Oktober 2017.
Partai Liberal (DPT) koalisi yang dipimpin Abe dengan Partai Komei, merasa yakin dapat menguasai majelis rendah parlemen Jepang setelah pemilu mendatang.
Sementara Koike yang menjadi pendiri Partai Tomin First serta Partai Harapan (Kibou no to), serta Gubernur aktif pemda Tokyo saat ini, masih mempertimbangkan untuk ikut pemilu memimpin partai oposisi atau tidak.
"Saya rasa dia perlu membuktikan dulu keberhasilannya dan popularitasnya di pemda Tokyo barulah maju sebagai calon PM Jepang mendatang. Kalau sekarang belum waktunya," kata Junichiro Koizumi mantan Perdana Menteri Jepang yang pernah menjadi bos Koike.
Sedangkan putra keduanya Shiniro Koizumi yang juga Wakil Sekjen LDP menantang Koike untuk maju dalam pemilu pusat majelis rendah parlemen Jepang tersebut.
"Coba dia maju. Saya mau Koike maju ikut dalam pemilu dan membuktikan kehebatannya. Ini baru seru," kata Shinjiro.