"Pejabat tersebut berhasil melelehkan es yang keras di dalam hati mereka dan mengubahnya dari percaya pada agama untuk percaya pada partai tersebut," sebut sebuah laporan seperti dikutip South China Morning Post.
Akibatnya, lebih dari 600 penduduk desa "secara sukarela" menyingkirkan teks-teks agama dan lukisan yang mereka miliki di rumah mereka, dan menggantinya dengan 453 potret Xi Jinping.
Berita dari akun media tersebut tersebut tiba-tiba menghilang pada Senin sore, namun kampanye tersebut dikonfirmasi oleh penduduk desa dan pejabat lokal yang dihubungi oleh South China Morning Post.
Qi Yan, Ketua Kongres Huangjinbu dan orang yang bertanggung jawab atas upaya pengentasan kemiskinan di kota tersebut, mengatakan bahwa kampanye itu telah berjalan di seluruh wilayah tersebut sejak Maret.
Dia juga mengatakan, program ini akan fokus pada pengajaran keluarga Kristen mengenai seberapa besar bantuan yang diberikan partai dalamĀ membantu memberantas kemiskinan dan seberapa besar perhatian yang ditunjukkan Xi untuk kesejahteraan mereka.
"Banyak rumah tangga miskin terjerumus ke dalam kemiskinan karena sakit di keluarga. Beberapa orang terpaksa mempercayai Yesus untuk menyembuhkan penyakit mereka. Tapi kami mencoba mengatakan kepada mereka bahwa sakit adalah hal yang fisik dan bahwa orang-orang yang benar-benar dapat membantu mereka adalah Partai Komunis dan Sekretaris Jenderal Xi," urai Qi.
Qi menguraikan, Huangjinbu adalah rumah bagi sekitar 5.000 sampai 6.000 keluarga Kristen, atau sekitar sepertiga dari jumlah total populasi di sana.
"Banyak orang pedesaan tidak tahu apa-apa. Mereka pikir Tuhan adalah penyelamat mereka ... Setelah pekerjaan kader kami, mereka akan menyadari kesalahan dan pemikiran mereka: kita seharusnya tidak lagi bergantung pada Yesus, tapi pada partai yang memberikan bantuan," kata Qi.
Dia mengatakan, pemerintah setempat telah mendistribusikan lebih dari 1.000 potret Xi, dan semuanya telah digantung di rumah penduduk.
Seorang penduduk perkampungan lain di Yugan, yang bermarga Liu, mengatakan bahwa dalam beberapa bulan terakhir banyak penduduk desa telah diberitahu untuk memindahkan artefak religius dari rumah mereka.
"Beberapa keluarga memasang cakram Injil di pintu depan mereka selama Tahun Baru Imlek, beberapa juga menggantung lukisan salib. Tapi itu semua telah dipindahkan," katanya.
Menurut Liu, banyak orang yang melakukannya secara terpaksa.
"Mereka semua memiliki kepercayaan mereka dan, tentu saja, mereka tidak ingin menurunkannya. Tapi tidak ada jalan keluarnya. Jika mereka tidak setuju untuk melakukannya, mereka tidak akan diberi dana bantuan kemiskinan," katanya.
Tapi Qi membantah klaim bahwa dana bantuan tersebut disalurkan berdasarkan pada poster agama yang diturunkan.