Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Industri 'dunia hitam' prostitusi kini sudah mulai menyebar di Jepang. Setidaknya pemberitaan majalah Nikkan Gendai 23 Juli 2017 ternyata industri ini sudah sampai ke lingkungan asuransi dan medis.
"Awalnya usia 21 tahun setelah lulus sekolah gabung ke perusahaan asuransi menawarkan polis ke rumah-rumah selama tiga tahun dan dengan target penjualan yang terus meningkat dari perusahaan asuransi tersebut," ungkap sumber Tribunnews.com, Akiko (bukan nama sebenarnya).
Saat menawarkan polis asuransi ke rumah-rumah muncullah penawaran, "Kalau kamu mau tidur dengan saya maka saya akan beli polis asuransi kamu," kata seorang konsumen Akiko.
Akhirnya Akiko mencobanya dan hal serupa ternyata semakin banyak sehingga dia akhirnya harus melayani sekitar 40 konsumennya karena target penjualan asuransi dari perusahaannya semakin tinggi.
Menanggapi banyak konsumennya seperti itu, akhirnya Akiko menjadi PSK dengan status penjual polis asuransi di Jepang.
Baca: Kisah Slamet Dikejar Pelaku Penyanderaan hingga Sembunyi di Tempat Pembuangan Kotoran
Sumber lain, Maiko (bukan nama sebenarnya) menjadi penopang lansia, petugas (perawat) yang membantu rumah jompo di Jepang.
Seorang lansia diakuinya menjadikan dia sebagai PSK terselubung saat ini.
"Awalnya dia minta dipijit badannya karena merasa capai. Lama-lama menuju ke daerah sensitif itu dan memberikan janji uang cukup besar bila mau melayaninya. Akhirnya jadi berulang-ulang kejadian ini dan memang saya menerima cukup banyak uang dari dia," aku Maiko.
Setelah melayani kakek tersebut, Maiko yang pintar dan selalu penasaran juga memperhatikan status kepemilikan rumah jompo tersebut.
Hasil pencariannya yang lebih dalam, ternyata rumah jompo Jepang itu tempatnya bekerja ternyata terkait pula dengan mafia Jepang (yakuza).
Selain mengakali aplikasi untuk dapat subsidi dari pemda setempat bagi operasionalnya, rumah jompo yang cukup besar tempat Maiko bekerja ternyata memang menargetkan lansia yang banyak uang.
Baca: Sisa Hukuman Dokter Lianawati Tinggal 16 Hari Lagi
Sehingga rumah jompo itu bisa menagih uang berbagai hal kepada lansia yang jadi pasiennya.
Tetapi pelayanannya memang mencurigakan, seperti pelayanan seks kepada yang membutuhkan, lalu sedikit "memeras" lansia tersebut karena memang sudah di-skenario-kan demikian oleh pengelola panti jompo tersebut agar bisa dapat banyak uang.
Ada pula pelayanan yang (sengaja) kasar supaya pasien lansia itu cepat meninggal dan dapat pasien baru dengan uang masuk panti jompo yang lumayan mahal.
Kasus ini pernah terjadi terhadap pasien yang dirawat di rumah jompo Soreiyu di Kota Takayama Perfektur Gifu.
Tiga lansia meninggal dunia dan dua lansia lain mengalami luka parah antara 31 Juli hingga 15 Agustus 2017 lalu.
Baca: Anggaran Pemberantasan Hama Rp 280 Juta, Sandi: Nggak Ada Tikus di Rumah Dinas
Kaitan rumah jompo dengan yakuza memang menyeramkan karena bagi orang asing yang ditawarkan bekerja di rumah jompo itu, kurang mengetahui mengingat tampak fisik rumah jompo tersebut sangat bagus.
"Tetapi di belakangnya ternyata ada kaitan dengan yakuza," ungkap Maiko.
Kejadian ini menuntut Indonesia untuk lebih berhati-hati mengirimkan penopang lansia dan perawat ke Jepang terutama kalangan wanitanya, agar tak masuk ke jaringan yang ternyata lembaga medis dan rumah jompo itu di "belakangnya" terkait dengan jaringan yakuza.
Info lengkap yakuza dapat dibaca di www.yakuza.in.