News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pembelot Ungkap Anak-anak Panti Asuhan Korea Utara Harus Makan Kutu Saking Miskinnya

Penulis: Ruth Vania C
Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Industri tekstil di Korea Utara

TRIBUNNEWS.COM, SEOUL - Seorang pembelot mengungkap keadaan sejumlah panti asuhan di Korea Utara saat fenomena kelaparan menyerang, anak-anaknya hanya bisa memakan kutu untuk bertahan hidup.

Lee Wi-ryeok menceritakan pada Daily NK, Rabu (22/11/2017), tentang apa yang terjadi di negara itu sekitar 1994 sampai 1998, terutama yang menimpa banyak panti asuhan di sana.

Menurut Lee, fenomena kelaparan di Korea Utara pada masa lampau itu sempat membuat kondisi banyak panti asuhan di negara itu mengenaskan akibat kemiskinan.

Baca: Pengacara Setya Novanto: Sekali ke Luar Negeri Minimal Saya Habiskan Rp 5 Miliar

"Jika ada seekor sapi yang mengekskresikan biji jagung dalam bentuk kotoran, kami mau saja membilasnya dan memakannya," tutur Lee.

Selain itu, anak-anak panti asuhan juga sampai memakan kutu demi bertahan hidup, karena kutu parasit memiliki darah dan oleh sebab itu diyakini harus dimakan.

Banyak panti asuhan juga melakukan hal-hal yang tak manusiawi, seperti anak-anak yang disulut api unggun jika terjangkit tungau dan dipukul jika berusaha kabur.

Penyakit-penyakit juga cenderung jarang untuk bisa disembuhkan di sana.

"Setelah saya ke Korea Selatan, saya terkejut dan baru tahu bahwa tuberculosis merupakan sebuah penyakit yang bisa disembuhkan," kata Lee.

Lee sempat tinggal di sebuah panti asuhan di Korea Utara di akhir era '90-an, sampai ia seusia remaja.

Fenomena kelaparan di Korea Utara itu menewaskan ratusan ribu orang, terjadi setelah negara kehilangan dukungan pasokan makanan dari Uni Soviet dan diperparah oleh bencana banjir dan kekeringan.

Menurut Kementerian Persatuan Korea Selatan, lebih dari 31 ribu orang menyeberang ke Korea Selatan akibat bencana kelaparan di Korea Utara pada 1998.

Tahun ini, jumlah pembelot yang melarikan diri dari negara tersebut sudah mencapai sekitar 880 orang, menyusul ancaman-ancaman nuklir yang digencarkan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un. (Daily NK/Newsweek)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini