Untuk penelitian ini, Dutton dan koleganya menguji kecenderungan kidal pada orang religius dan ateis.
Kidal adalah penanda dari mutasi gen yang lebih tinggi.
Para peneliti kemudian menemukan bahwa tingkat kidal yang lebih tinggi pada penganut ateisme daripada penganut kebanyakan agama besar.
Ini mungkin disebabkan oleh karena seleksi alam melawan mutasi gen yang menjadi kurang intens.
Akhirnya, secara tidak langsung penganut religiusitas makin jarang.
"Sementara penganut religiusitas memperjuangkan orang non-religius, tapi jumlah penduduk religius justru makin menyusut karena seleksi alamnya semakin melemah," kata Dutton.
Awal tahun ini, Dutton dan koleganya juga mengidentifikasi hubungan antara kecerdasan dan atheisme.
Dia memprediksi bahwa, pada akhirnya, kecerdasan dan atheisme akan sama-sama hilang oleh kembalinya seleksi alam secara bertahap.
Dutton menjelaskan, "Kita akan diambil alih oleh masyarakat yang lebih religius yang lebih etnosentris (kelompok orang yang memegang keyakinan yang sama) daripada kita."
"Karena kecerdasan kita menurun, saya menduga peradaban akan mundur, seleksi alam akan kembali dan kita akan menjadi lebih religius sekali lagi. Hal ini nampaknya merupakan aturan sejarah."(*/Kompas.com)