TRIBUNNEWS.COM - Aasma Rani, mahasiswi kedokteran asal Pakistan, meninggal setelah dikabarkan ditembak oleh Mujahidullah Afridi, pria yang ia tolak lamarannya.
Rani ditembak pada 27 Januari 2018 sore, ketika ia tiba di Kohat bersama kakak iparnya.
Di tempat itu, ternyata sudah ada Mujahidullah yang menunggunya.
Pria itu langsung menembak Rani sebanyak tiga kali.
Meski Rani langsung dilarikan ke rumah sakit, ia meninggal keesokan harinya.
Mata Rani hampir tidak bisa terbuka sebelum kematiannya.
Namun ia masih berusaha kuat untuk menyampaikan sesuatu dalam video.
Dalam video Rani menyebutkan bahwa Mujahidullah Afridi adalah pria yang menambak dirinya.
Keluarga Rani menduga Mujahidullah dendam pada Rani karena ia menolak lamarannya.
Mujahid bahkan sempat menyergap Rani di dekat rumahnya.
Namun, keluarga Rani khawatir polisi akan memanipulasi kasusnya karena Mujahid memiliki kekuatan politik di belakangnya.
Mereka hanya bisa berharap polisi bisa menegakkan keadilan.
Ketika pertama kali melaporkan kasus penembakan itu, kakak Rani, Muhammad Irfan menyebutkan dua nama kakak beradik sebagai pelaku, yaitu Mujahidullah Afridi dan Sadiq Ullah.
Ullah berhasil diciduk di Kohat sementara Mujahidullah belum ditemukan.
Mujahidullah dikabarkan melarikan diri pada malam ia melakukan penembakan.
Polisi langsung melacak keberadaannya setelah ia dikabarkan melarikan diri ke Saudi Arabia.
Simak kata-kata terakhir Rani dalam video berikut: