TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerhati masalah internasional, Anis Matta berpandangan bahwa terjadinya peningkatan tensi global belakangan ini disebabkan oleh adanya ketidakpastian global yang berawal dari krisis ekonomi global tahun 2008.
Krisis ekonomi global itu menurutnya masih terus berlanjut, dan sampai sekarang belum terlihat ada solusinya.
Terjadinya krisis ekonomi itu telah membuat jatuhnya ekonomi rill di Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Jatuhnya ekonomi di kedua kawasan poros ekonomi global itu berimbas menurunnya jumlah kelas menengah.
Maka menurut Anis, tidak mengherankan saat ini muncul isu nasionalisme ekonomi untuk merebut kesejahteraan dari kekuatan ekonomi asing.
“Namun isu nasionalisme yang disuarakan di AS dan Eropa belakangan ini tidak akan berhasil, karena struktur ekonomi global telah mengalami perubahan besar denganadanya kemajuan teknologi yang menyebabkan penyerapan tenaga kerja semakin berkurang,” katanya, Sabtu (10/2/2018).
Baca: Anis Matta Ajak Kaum Muda Nonton Film Darkest Hours
Dengan meningkatnya tensi global itu menurut Anis, menimbulkan potensi konflik geo-politik meningkat di mana-mana.
Bahkan menurutnya di era 1990-an dan tahun 2000-an awal, dunia jarang memberitakan tentang potensi perang nuklir. Namun sekarang dunia sering memberitakan tentang potensi perang nuklir seperti klaim pemilik tombol nuklir yang siap ditekan kapan saja.
“Sekarang, pemimpin Korea Utara, Kim Jong-Un memperingatkan Amerika Serikat bahwa ia memiliki tombol nuklir yang selalu berada di mejanya. Bahkan Kim Jong-Un juga mengatakan Korut tengah mempersiapkan nuklir berdaya ledak besar,” katanya.
Menurut Anis, fenomena ketidakpastian dan meningkatnya tensi global itu menunjukkan bahwa dunia sedang mengalami tiga fenomena, antara lain Pertama, fenomena global disorder, yaitu dunia yang tidak ada lagi memiliki satu negara sebagai penguasa tunggal.
“Tidak ada lagi penguasa tunggal seperti saat runtuhnya Uni Soviet, yang memunculkan penguasa tunggal dunia yaitu Amerika Serikat. Selain itu, dahulu apapun yang dikehendaki negara adidaya itu sudah pasti terjadi, namun sekarang tidak lagi, " katanya.
Selanjutnya menurut Anis, dunia saat ini memasuki fenomena kedua, yaitu global chaos, dengan meningkatnya konflik dimana-mana.
Dahulu menurutnya, kawasan yang paling aman di dunia itu adalah Eropa, namun sekarang terjadi konflik Ukraina yang melibatkan Rusia.
Di kawasan Timur tengah terjadi konflik dengan melibatkan semua negara besar seperti Rusia, China, dan Amerika Serikat. Begitu juga di Asia Pasifik. Dahulu hanya ada kasus Laut China selatan, namun sekarang ada konflik Korea.
“Sejak tahun 2010, dari sisi anggaran pertahanan, semua negara-negara besar telah mengalami kenaikan pesat. Amerika Serikat baru saja mengeluarkan anggaran militer tahun ini sebesar 700 miliar dolar,” katanya.
Sekarang menurutnya, banyak orang sedang mencari jalan baru sebagai solusi atas ketidakpastian global in. Karena kalau tidak ada rekonfigurasi baru dalam potensi konflik global ini, maka bisa terjadi fenomena ketiga, yaitu global war atau perang global.