News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Lusy Cantik di Jepang; ''Ada Gak Ya Yang Mau Menikah Dengan Saya?''

Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Lusy Fitriani (38) perawat Indonesia gelombang pertama yang berhasil di Jepang

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo di Jepang

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO -  Keasyikan kerja di Jepang sudah 10 tahun malah dirinya terlupa baru sadar kalau belum menikah sudah 38 tahun dan 24 Agustus nanti menjadi berusia 39 tahun.

"Saya tuh gak berani pacaran lama-lama, takut jadi gak benar. Jadi saya sudah lama memang tak punya pacar hingga kini," papar Lusy Fitriani (38) perawat Indonesia gelombang pertama yang berhasil di Jepang khusus kepada Tribunnews.com sore ini (14/8/2018).

Dulu saat datang tahun 2008 diakuinya susah diterima lingkungan karena dirinya tidak bisa bahasa Jepang. Kini ceplas ceplos dibuktikan sudah dapat sertifikat N-1 penguasaan bahasa Jepang terbaik.

"Mungkin tinggi saya 156 cm ya dan kalau punya pacar tentu saja harus seimam, umat Islam, tak peduli orang Indonesia atau Arab dan sebagainya yang penting Islam dia," tekannya mengenai pacar.

Sudah berusia 38 tahun apakah ibu tidak tekankan agar segera menikah?

"Wah ibu masih sudah bosa sudah diam saja sekarang, dulu sering kali minta-minta saya agar segera menikah," paparnya lagi sambil tertawa.

Kini dirinya yang pusing sendiri, "Ada gak ya yang mau menikah dengan saya?" tambahnya lagi masih dengan senyum yang manis.

Kehadirannya di kampung halaman mulai 17 Agustus mendatang mungkin juga menjadi salah satu harapannya, siapa tahu dapat lelaki yang pantas buat dirinya.

"Ya moga saja pulang kampung dapat jodoh nanti ya. Yang pasti harus kaya dong supaya saya bisa naik haji nanti," tambahnya dengan tertawa lepas seolah malu sendiri.

Selain bekerja sebagai perawat, terkadang Lusy membantu warga Indonesia yang berobat di Jepang antara lain soal kanker hati, menjadi penerjemahnya dnegan biaya 10.000 yen per 8 jam.

"Itu kalau kerja begitu ya saya minta libur dari pekerjaan biasanya."

 Apalagi, tambahnya kalau pas dapat kerja tengah malam sampai pagi, liburnya bisa menjadi satu setengah hari.

Pengalaman yang menyedihkan terkadang saat tuga smelayani pasien yang sudah  terkena penyakit Kanker stadium akhir terminal lalu meninggal dunia dan dia menyaksikan sendiri saat-saat terakhir pasien tersbeut.

"Kadang sedih juga saya karena selama dirawat kita sudah kenal dan menjadi akrab dengan baik saya rawat kemudian dengan penyakit yang beratnya itu akhirny ameninggal dunia juga. Ya itu kuasa Tuhan kita tak tahu memang."

Yang pasti saat ini Lusy sedang mencari jodoh orang Indonesia muslim yang setia dan bisa menyayanginya dengan sepenuhnya untuk segera dinikahinya.

"Saya gak mau pacaran lama-lama, mau segera nikah. Kalau lama-lama bahaya nanti bisa jadi pergaulan bebas tak baik ya," ungkapnya lagi.

Ayo, perawat yang cantik dan pintar berbahasa Jepang ini mencari jodoh, adakah yang bersedia menemani hidup selamanya menjadi suaminya?

Kalau menikah Lusy akan pulang ke Indonesia dan bekerja di Indonesia.

"Itu mas ada Rumah Sakit UI sedang dibangun bagus kayaknya," ceritanya.

Mau kerja di sana kalau pulang ke Indonesia?

"Malu saya karena dulu sekolah S2 gak diterusin sih, bagaimana ya, mau sih kalau RS UI sudah jadi pasti bagus itu ya," tekannya lagi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini