Di sebuah kota peristirahatan di tenggara Roma ibu kota Italia, menteri luar negeri dari tujuh negara demokrasi paling penting di dunia bertemu terakhir kali, sebelum Donald Trump dari Partai Republik mengambil alih jabatan presiden AS lagi pada bulan Januari.
Kelompok G7 ingin mempersiapkan diri di kota pemandian air panas Italia di Fiuggi untuk menghadapi konflik yang mungkin terjadi jika Trump berkuasa. Dia sebelum sudah berulang kali mengancam Eropa dengan kenaikan pajak impor, seperti yang sudah diumumkan terhadap Meksiko dan Kanada.
Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock mengeklaim, selama ini anggota G7 terbukti mampu meniti krisis global secara bijak. Namun, kehadiran Donald Trump di meja perundingan bisa membuktikan sebaliknya.
Selama masa jabatan pertama Trump, Kanada, Perancis, Inggris, Italia, Jepang, dan Uni Eropa harus berjuang agar G7 tetap bernafas. Padahal saat itu, situasi dunia yang lebih kondunsif ketimbang saat ini.
Kebijakan proteksionisme dan memprioritaskan Amerika yang dulu Trump jalankan secara tidak langsung mempereteli "rezim hukum internasional." Di Italia, kelompok G7 kembali menegaskan komitmen mempertahankan status quo.
Mengukur komitmen AS
Jelang lengser, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken yang hadir dalam KTT G7 di Italia tidak lagi bisa menjawab secara pasti kekhawatiran anggota aliansi soal komitmen luar negeri di era Trump.
"Kita berdiri bersama dengan mitra-mitra kita, untuk melawan agresi Rusia yang sedang berlangsung terhadap Ukraina,” adalah kalimat paling konkrit yang bisa diucapkan Blinken.
Tapi sampai kapan janji itu akan bertahan? Satu-satunya kepastian dari delegasi AS adalah bahwa situasinya tidak akan seburuk seperti yang terdengar pada kampanye Trump.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Kepala Urusan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell, yang akan pensiun pada hari Sabtu (29/11), tidak mempercayai jaminan tersebut. Eropa harus berdaulat secara strategis, katanya dengan nada menantang, "kami tidak menerima perintah dari Donald Trump.”
Borrell menolak hukuman tarif yang dipakai untuk mengancam negara-negara G7, Cina, dan kawasan ekonomi lain. "Ini adalah berita buruk, sangat buruk. Jika semua orang saling memukul dengan tarif dan kontra-tarif, maka ekonomi global akan mengalami krisis yang serius," ujarya.
"Perang dagang yang baru pasti tidak akan membantu dunia. Ini akan merugikan semua orang dan menjadi berita yang sangat buruk, terlebih bagi warga Amerika.”
Ukraina di era Trump
Bakal penasehat keamanan Trump, Mike Waltz, menuntut "akhir perang yang bertanggung jawab," sebagai syarat dukungan AS bagi Ukraina.
Untuk melindungi komitmen yang ada, G7 sudah lebih dulu mengabulkan kredit senilai USD50 miliar bagi Ukraina, yang sebagian besar dibiayai duit Rusia yang dibekukan di Eropa. Komitmen ini diyakini tidak akan diganggu gugat oleh Trump.