Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA--Amerika Serikat tidak dapat menjamin India akan bebas dari sanksi jika melakukan pembelian senjata dan sistem pertahanan dari Rusia.
Randall Schriver, pejabat Pentagon untuk Asia menepis kabar bahwa AS akan melindungi hubungan dengan India jika terjadi pembelian.
"Saya akan mengatakan itu menyesatkan. Akan ada masalah yang sangat signifikan jika India mengejar platform baru utama dan sistem (dari Rusia)," kata Schriver kepada Reuters, Kamis (30/8/2018).
AS telah mengeluarkan sanksi terhadap Rusia untuk aneksasi Semenanjung Ukraina Krimea.
Dengan begitu negara manapun yang terlibat dalam kerjasama pertahanan atau berbagi dengan intelijen Rusia juga dapat dikenakan sanksi.
"Saya tidak bisa bilang bahwa mereka akan dibebaskan," Shriver ditambahkan.
Diberitakan India akan melanjutkan pembelian sistem pertahanan rudal S-400 Rusia meskipun ada kemungkinan dijatuhi sanksi oleh AS.
Menteri Pertahanan India Nirmala Sitharaman mengatakan tidak gentar dengan peringatan AS agar tidak membeli S-400 melalui Peraturan Melawan Musuh AS melalui Sanksi (CAATSA).
CAATSA yang disahkan pada Agustus 2017 itu merupakan undang-undang yang memberikan sanksi kepada Rusia, Iran, dan Korea Utara (Korut).
"Waktu tengah menguji hubungan tersebut. Perlu kami sampaikan bahwa CAATSA tidak akan merusak kerja sama India-Rusia," ujar Sitharaman dilansir Russian Today Rabu (6/6/2018).
Dia melanjutkan, New Delhi bakal meneruskan transaksi pembelian sistem pertahanan anti-serangan udara bernilai 5,5 miliar dolar AS, atau Rp 76,1 triliun tersebut.
Menurut Institut Perdamaian Internasional Stockholm, India merupakan importir senjata terbesar Negeri "Beruang Merah".
Dalam lima tahun, 62 persen transaksi penjualan senjata Rusia dilaksanakan di negara yang terkenal dengan film Bollywood itu.
India bukan negara satu-satunya negara yang menolak untuk membatalkan pembelian sistem rudal yang bisa menghancurkan misil musuh dari jarak 400 km itu.
Turki juga mengatakan bakal tetap membeli sistem pertahanan anti-serangan udara dengan kode NATO SA-21 Growler itu.(Reuters/Russian Today)