Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo di Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Perusahaan kereta api Choshi Electric Railways Co.Ltd didirikan tahun 1922. Lima tahun lalu kerugiannya 250 juta yen dan tabungan sang CEO cuma ada 500.000 yen. Akibatnya CEO Katsunori Takemoto (56) sendiri langsung turun tangan menjadi masinis dengan berbagai perubahan kini bangkit kembali.
"Syukurlah kini sedikit demi sedikit penghasilan mulai meningkat tetapi tetap masih merugi, walaupun dulu merufi sampai 250 jutayen," papar Takemoto beberapa waktu diwawancarai sekitar 30 media Jepang yang simpatik kepadanya.
Untuk jalur sepanjang 6,4 kilometer, melayani penumpang yang jauh semakin sedikit akibat banyak yang berpindah dan meninggal, Chosi Line, jalur kereta api ini mengalami kerugian besar lima tahun lalu.
Hanya karena merugi bukan berarti kereta api berhenti beroperasi. Akhirnya beberapa karyawan terpaksa harus mengundurkan diri guna mengurangi beban perusahaan.
Lalu sang CEO yang sebenarnya seorang akunting, punya kantor akuntan sendiri pula, harus mengambil ujian sebagai masinis kereta api dan dia terjun langsung akhirnya sebagai masinis kereta apinya sendiri.
Takemoto pemilik sahamn perusahaan kereta api Chishi dengan jumlah saham 10,58% (modal setor 69,1 juta yen, pada bulan Maret 2010 sebenarnya penghasilannya sempat mencapai 517 juta yen. Tetapi tahun berikutnya turun terus sehingga tahun 2013 mengalami kerugian dan hutang 250 juta yen.
Saat itu tabungannya sendiri hingga mencapai 500.000 yen karena kekayaannya dipakai dulu sementara menomboki perusahaan itu agar tetap bisa beroperasi.
Dengan semangat yang tinggi, CEO Takemoto selain langsung jadi masinis juga menciptakan banyak hal baru.
Dia membuat kegiatan di dalam kereta api seperti hiasan lampu warna warni yang cantik di dalam gerbong kereta api sehingga kereta menjadi snagat menarik di malam hari.
Selain itu dia membuat kegiatan gulat profesional di dalam gerbong kereta api. Juga membuat Haloween, maupun menjadikan gerbong kereta api seperti rumah hantu sehingga penumpang banyak ketakutan (tapi tahu hanya pertunjukan). Akibatnya kereta api tersebut malah jadi pembicaraan sana-sini menarik sekali dan dari berbagai tempat di Jepang datang ingin mencoba Choshi line guna melihat hal-hal yang berbeda tersbeut.
CEO tersbeut juga membuat kue, roti, kerupuk bahkan menjadi laku sekali dan Agustus 2018 ini menghasilkan penjualan smapai 5 juta yen hanya menjual kerupuk Choshi Line yang khusus tersebut, saking populernya.
Semua itu tampaknya karena dukungan dari banyak media Jepang yang simpatik kepada usaha Takemoto membanting tulang membangkitkan kembali perusahaannya yang hampir bangkrut dengan defisit 250 juta yen tersebut.
Satu hal lagi idenya adalah penggunaan sembei (kerupuk Jepang) sebagai tiket kereta api.
Penumpang membeli sembei Beica sebagai tiket, lalu staf kereta api memeriksa sembei tersebut kepada penumpang satu per satu dan petugas kereta api saat memeriksa mengeluarkan bunyi dari mulutnya, "Piit Piit" seolah itu bunyi elektronik telah OK dengan tiket sembei tersebut.
Hal-hal baru tersebut membuat penumpang jadi semakin simpatik kepada semua usaha sang CEO membangkitkan kembali perusahaan kereta apinya tersebut hingga kini.
"Defisit masih ada perlu kerja keras meskipun sedikit demi sedikit mulai pulih kembali keuangan perusahaan ini," ungkap Takemoto lebih lanjut.