Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Di banyak negara Hari Valentine menandakan cinta seorang pria dengan mengekspresikan melalui pemberian cokelat kepada sang wanita atau pasangannya.
Namun di Jepang justru sebaliknya. Sang wanita lah yang memberikan cokelat kepada lelaki dan juga pemberian kepada sesama wanita atau pun kepada keluarga.
"Saya memang lagi pilih cokelat yang paling romantis buat pacar saya nanti pulang kerja. Saya berikan saat makan malam bersama," ungkap Akiko Yoneyama, seorang warga Tokyo kepada Tribunnews.com, Kamis (14/2/2019) saat antre membeli cokelat Valentine di sebuah mal Jepang.
Jepang sebagai negara "lelaki" mendapat penghormatan tinggi saat Hari Valentine sehingga bukan lelaki yang memberikan cokelat kepada wanita, justru wanita lah yang memberikan cokelat kepada pria sebagai tanda hormat dan kasih sayangnya.
Cokelat identik dengan wanita di Jepang, sehingga pengusaha menargetkan cokelat terutama kepada wanita ketimbang lelaki.
Para lelaki di Jepang umumnya jarang membeli cokelat untuk pasangannya tetapi umumnya untuk dimakan sendiri.
Jepang sudah berubah saat ini, banyak orang dewasa dan lansia dan sedikit jumlah kalangan muda.
Baca: Wartawan Jepang Ditegur Sekretaris Kabinet, Pemerintah Dianggap Membatasi Hak Informasi Bagi Publik
Maka pada hari Valentine banyak wanita yang memberikan cokelat kepada orang tuanya, tanda kasih sayang kepada keluarganya.
Ada pula yang memberikan kepada sesama wanita sebagai tanda persahabatan.
Hari Valentine di Jepang pertama kali dirayakan tahun 1978.
Biasa dulunya disebut sebagai Perayaan Hari Putih berawal dari strategi koperasi produsen permen Jepang yang ingin meningkatkan penjualan permen.
Bahan baku permen adalah gula yang berwarna putih sehingga disebut Hari Putih.
Ide perayaan diambil dari "Hari Marshmallow" yang merupakan acara promosi kue marshmallow merek Tsuru no Ko yang diadakan pada tahun 1977 oleh toko kue Ishimuramanseido di Kota Fukuoka.
Pada Hari Valentine, anak perempuan dan wanita di Jepang memiliki tradisi memberi hadiah cokelat kepada pria yang disenangi, teman sekolah, rekan kerja, pacar, ayah, atau suami.
Pria yang menerima cokelat berkeinginan membalasnya, dan niat ini disambut pedagang permen di sekitar pertengahan tahun 1970-an dengan mencetuskan ide "hadiah balasan" berupa kue kering, marshmallow, atau permen.
Baca: Dituduh Mencuri Lukisan Seharga 50 Juta Yen, Kazuma Yamamoto Akhirnya Dibebaskan Pengadilan Jepang
Pada Hari Putih, anak laki-laki atau pria yang menerima baik honmei-choco "cokelat calon pemenang" maupun giri-choco "cokelat kewajiban" diharapkan untuk membalasnya dengan memberikan hadiah kepada si pemberi cokelat.
Hadiah yang biasanya diberikan kepada wanita pada Hari Putih adalah kue kering, perhiasan, cokelat putih, pakaian dalam berwarna putih, dan marshmallow atau barang-barang yang dari segi harga dan kualitasnya lebih baik daripada cokelat yang mereka terima.
Strategi penjualan permen sebagai "hadiah balasan" ternyata berhasil meningkatkan angka penjualan, sehingga koperasi produsen permen nasional wilayah Kanto menetapkan 14 Maret sebagai Hari Putih.
Pada tahun 1978, koperasi produsen permen menciptakan slogan untuk Hari Putih sebagai "hari untuk mengirim permen" dan disatukan julukannya menjadi Hari Valentine.