News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kisah Hoda Muthana, Sosok yang Pemalu hingga Menjadi Corongnya ISIS

Editor: Imanuel Nicolas Manafe
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Hoda Muthana, perempuan asal Alabana yang tergabung dalam kelompok ISIS

TRIBUNNEWS.COM - Jordan LaPorta sama sekali tidak menyangka bahwa temannya saat bersekolah di SMA Hoover, Amerika Serikat (AS) bernama Hoda Muthana bergabung dengan kelompok ISIS.

LaPorta pun mengenang kembali momen ketika dia masih bergaul bersama Hoda Muthana. Keduanya cukup sering bertemu sepanjang 2009 hingga 2013 karena menghadiri kelas yang sama.

Baca: Donal Trump Larang Hoda Muthana, Wanita Pengantin ISIS, Pulang ke AS

"Dia anak yang sopan tapi pemalu," kata LaPorta. Kepada

AFP seperti dilansir Kamis (21/2/2019), LaPorta mengungkapkan bahwa Hoda merupakan siswi yang pendiam namun menyenangkan.

Ya. Hoda memilih kabur ke Suriah melalui Turki pada November 2014, dan bermukim di Raqqa yang saat itu merupakan salah satu ibu kota ISIS selain Mosul, Irak.

LaPorta, yang kini berstatus mahasiswa Hukum Universitas Alabama, sempat mendapat ancaman ketika dia mengomentari Hoda yang berubah menjadi radikal.

"Dia menandai saya di Instagram. Dia menyebut saya aneh dan berkata saya pantas dibunuh," ucapnya.

Dia langsung melaporkannya ke Badan Penyelidik Federal (FBI). Ancaman itu dilontarkan Hoda melalui ponsel yang merupakan hadiah dari sang ayah karena lulus SMA dan masuk Universitas Alabama di Birmingham.

Pengacara keluarga Hoda, Hassan Shibly meyakini ISIS telah mencuci otaknya melalui perhatian yang diberikan dan terus memengaruhinya.

"Mereka (ISIS) memutuskannya dari keluarganya, dari teman-temannya, dari lingkungan rumahnya, hingga dari masjid," terang Shibly.

Setelah sampai di Suriah, Hoda yang kini berusia 24 tahun itu terus melakukan glorifikasi perbuatan ISIS melalui media sosial.

Dalam salah satu kicauannya di Twitter, Hoda yang mempunyai anak berusia 18 bulan mengunggah gambar dia tengah membakar paspor AS.

Dia juga menyebut Amerika "pengecut" lantaran tidak berani datang ke Raqqa, dan dia merupakan perempuan AS di tengah anggota asal Australia.

Kemudian dalam pesan yang ditangkap Program Ekstremisme Universitas George Washington, dia memuji penyerangan ke harian Perancis Charlie Hebdo pada 2015.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini