TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Denny, adik ipar Lilik Abdul Hamid (57), seorang Warga Negara Indonesia (WNI) menjadi satu korban tewas dalam aksi serangan brutal di Masjid Al Noor, Christchurch, Selandia Baru bercerita mengenai sosok iparnya itu.
Menurut pihak keluarga, Lilik sudah sekira 17 tahun menetap di Selandia Baru, yakni sejak tahun 2002.
Baca: Korban Tewas Serangan Teror Dua Masjid di Selandia Baru Bertambah Jadi 50 Orang
Karena itulah ia dianggap sebagai WNI paling senior di Selandia Baru.
Lilik juga dikenal aktif dalam kegiatan apapun, termasuk ketika hari besar umat Muslim.
"Di kegiatan apapun, dia selalu jadi koordinator. Idul Fitri, Idul Adha. Istilahnya pentolan orang Indonesia di Selandia Baru," kata Denny, adik ipar Lilik, saat ditemui TribunJakarta.com di bilangan Tebet, Jakarta Selatan, Minggu (17/3/2019).
"Dia juga suka membantu, dermawan. Ada yang nikah sama Selandia Baru dia yang bantu, ada mualaf juga dia bantu," tambahnya.
Sementara itu, mertua Lilik, Tjiji, menjelaskan bahwa tempat tinggal menantunya memang dekat dengan Masjid Al Noor.
"Setiap hari memang solatnya di situ. Sekitar 200 sampai 300 meter dari rumahnya ke masjid," terang Tjitji.
Baca: 5 Aksi Teror Mencekam di Dunia, Ada Eks WNI yang Lakukan Penyanderaan di Belanda
"Anak nomor satu saya sudah berangkat ke Selandia Baru hari ini. Kalau Lilik ini suami dari anak kedua saya."
Diketahui, Lilik meninggalkan istri dan satu orang anak.
Penulis : Annas Furqon Hakim
Berita ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul : WNI Korban Serangan di Christchurch: 17 Tahun Menetap di Selandia Baru dan Dikenal Dermawan