News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Penembakan di Selandia Baru

Mengapa Brenton Tarrant Tulis Banyak Angka 14 di Senapan Miliknya? Inilah Maknanya

Penulis: Aji Bramastra
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Angka 14, banyak ditemukan di senapan yang digunakan Brenton Tarrant untuk membunuh 51 jamaah Salat Jumat di Selandia baru. Angka 14 adalah angka keramat buat kelompok ultranasionalis kulit putih.

TRIBUNNEWS.COM - Pelaku penembakan jamaah Salat Jumat di dua masjid Selandia Baru, Brenton Tarrant, menulisi senapan yang dia gunakan untuk menyerang, dengan tulisan-tulisan sarat makna.

Tidak hanya nama-nama ekstrimis kulit putih, tapi di senapan Brenton Tarrant, ditemukan banyak angka 14. 

Lalu, apa makna angka 14 di senapan AR-15 milik Brenton tarrant itu?

Baca: Dianggap Terlalu Keji, Brenton Tarrant Disebut Jadi Target Mati Anggota Gangster di Dalam Penjara

Dilansir Heavy.com, angka 14 itu merupakan potongan dari slogan paling populer di kalangan ekstrimis kulit putih, yakni 14 Words, atau 14 Kata.

Slogan 14 Words diciptakan oleh David Lane, seorang pentolan gerakan ekstrimis kulit putih asal Amerika Serikat.

David Lane tewas saat menjalani hukuman penjara di penjara Indiana, Amerika Serikat, pada 2007 lalu.

David Lane (wikipedia)

Kelompok ultra nasional sayap kanan Amerika Serikat, The American Defense League, menganggap 14 Words sebagai slogan keramat para ekstrimis kulit putih.

Baca: Senjata Brenton Tarrant Bertuliskan Nama-nama Teroris dan Pemberontak Kelas Kakap Dunia

Sesuai namanya, disebut 14 Words karena slogan itu terdiri dari 14 kata.

Slogan ciptaan David Lane itu berbunyi : We must secure the existence of our people and a future for white children, atau "Kita harus mengamankan eksistensi kaum kita dan masa depan anak-anak kulit putih".

Tercipta di Penjara

David Lane adalah anggota dari kelompok ultranasionalis kulit putih bernama The Silent Brotherhood, atau Persaudaraan Sunyi.

Kelompok ini kemudian berganti nama menjadi 'The Order'.

Brenton Tarrant sangat mengidolakan David Lane.

Di media sosial, Brenton Tarrant memakai gambar karikatur dari wajah David Lane.

Lane, menerima hukuman penjara 150 tahun, setelah terlibat dalam pembunuhan seorang pembawa acara radio berdarah Yahudi, Alan Berg, yang dilakukan oleh The Order.

Kelompok ini juga merampok uang sebesar miliaran rupiah.

Di penjara, Lane banyak menulis dan menyebarkan ajaran gerakan ekstrimis kulit putih.

Termasuk, falsafah 14 Words.

Falsafah lain yang jadi pedoman para ekstrimis kulit putih adalah angka 88.

Falsafah 88 Precepts, atau 88 Sila, adalah hukum yang ditulis oleh David Lane sebagai hukum donimasi kulit putih di dunia.

Itulah mengapa, banyak ekstrimis kulit putih biasanya menggabungkan 2 falsafah ini menjadi '1488'.

Anggota gangster ultranasionalis kulit putih biasanya membuat tato 1488 di tubuh mereka.

Dylann Roof, ekstrimis kulit putih yang membunuh 9 jamaah gereja di Charleston, Amerika Serikat, 17 Juni 2015, juga menulis falsafah 14 Words ini di manifestonya.

Makna Tulisan di Senjata

Brenton, sangat mengidolakan orang-orang kulit putih yang menyerang imigran maupun musuh-musuh bangsa Eropa di masa lampau.

Dalam senjata laras panjang milik Brenton juga tertulis banyak nama.

Empat nama yang tertulis dalam senjata tersebut adalah Anton Lundin Pettersson, Alexandre Bissonette, Charles Martel, dan Skanderberg.

Keempat nama tersebut adalah tokoh-tokoh yang pernah melakukan penyerangan dan perlawanan yang berkaitan dengan gerakan anti Islam dan anti imigran.

Tertulis dalam senjata pada gambar tersebut 'refugees, welcome to hell' yang berarti 'pengungsi, selamat datang'.

Pada senjata tersebut tertulis pula Tours 732 yang mengacu pada Battle of Tour yang terjadi pada 10 Oktober tahun 732.

Mengutip Wikipedia, menurut sumber-sumber Arab, Pertempuran Jalan Raya Para Martir menandai kemenangan pasukan Frank dan Burgundi.

Pasukan Frank dipimpin oleh Charles Martel, salah satu nama yang tertulis dalam senjata milik Brenton Tarrant.

Berikut adalah ulasan mengenai keempat nama yang tertulis dalam senjata milik Brenton Tarrant yang Tribunnews rangkum dari Wikipedia.

1. Anton Lundin Pettersson

Nama Anton Lundin Petterson terkait dalam kasus serangan di sekolah Kronan Trollhattan, Swedia yang terjadi pada 22 Oktober 2015.

Mengutip Wikipedia, Anton Lundin Pettersson yang saat itu berusia 21 tahun menyerang Sekolah Kronan di Trollhattan dengan pedang.

Dia membunuh seorang asisten pengajar dan seorang siswa laki-laki, menikam siswa laki-laki lain dan seorang guru.

Anton Lundin Petterson kemudian meninggal akibat luka tembak yang diterimanya selama penangkapannya.

Guru kedua yang terluka meninggal di rumah sakit pada 3 Desember 2015, enam minggu setelah serangan.

Serangan itu merupakan serangan paling mematikan terhadap sebuah sekolah dalam sejarah Swedia.

Penyelidikan awal polisi menyimpulkan bahwa Pettersson termotivasi oleh rasisme dan telah memilih sekolah sebagai sasarannya karena lokasinya di lingkungan dengan populasi imigran yang tinggi.

Menurut media Swedia Aftonbladet, ia telah mengunjungi kelompok ekstremis sayap kanan di situs media sosial yang mendukung Adolf Hitler dan Nazi Jerman.

Ia juga bergabung dengan grup di Facebook yang ingin menghentikan imigrasi ke Swedia.

Pettersson tidak memiliki catatan kriminal dan bukan anggota organisasi politik mana pun, tetapi mendukung petisi oleh Demokrat Swedia untuk memulai referendum imigrasi.

Ia meninggalkan catatan tulisan tangan di rumahnya di mana ia menyatakan bahwa sesuatu harus dilakukan tentang imigrasi, dan bahwa ia tidak berharap untuk selamat dari keributannya.

2. Alexandre Bissonette

Nama Alexandre Bissonette di Wikipedia terkait dalam kasus penembakan masjid di Kota Quebec, Kanada.

Kasus itu termasuk serangan teroris dan penembakan massal yang terjadi pada malam tanggal 29 Januari 2017 di sebuah masjid di Sainte-Foy lingkungan Kota Quebec, Kanada.

Kawasan tersebut merupakan pusat kebudayaan Islam di Kota Quebec.

Enam jamaah terbunuh dan sembilan belas lainnya terluka ketika seorang pria bersenjata melepaskan tembakan tepat sebelum jam 8:00 malam, tak lama setelah shalat subuh berakhir.

Lima puluh tiga orang dilaporkan hadir pada saat penembakan.

Pelaku, Alexandre Bissonnette, didakwa dengan enam tuduhan pembunuhan tingkat pertama.

Perdana Menteri Justin Trudeau dan Perdana Menteri Philippe Couillard menyebut penembakan itu sebagai serangan teroris, tetapi Bissonnette tidak didakwa dengan ketentuan terorisme dari KUHP.

Pada 8 Februari 2019, Alexandre Bissonnette dijatuhi hukuman penjara seumur hidup, tanpa kemungkinan pembebasan bersyarat selama 40 tahun.

Pada 8 Maret 2019, dilaporkan bahwa Bissonnette mengajukan banding atas hukuman ini.

Baca: 6 Fakta Brenton Tarrant, Pelaku Teroris Penembakan Selandia Baru, Belajar Kekerasan dari Game

3. Skanderbeg

Mengutip Skanderbeg adalah seorang bangsawan dan komandan militer Albania.

Skanderbeg melayani Kekaisaran Ottoman di 1423-1443, dengan Republik Venesia di 1443-1447, dan terakhir Kerajaan Naples sampai kematiannya.

Setelah meninggalkan dinas Ottoman, ia memimpin pemberontakan melawan Kekaisaran Ottomandi tempat yang sekarang bernama Albania dan Makedonia Utara.

Skanderbeg selalu menandatangani sendiri dalam bahasa Latin : Dominus Albaniae ('Lord of Albania'), dan tidak mengklaim gelar lain selain dari dokumen.

Skanderbeg melakukan pemberontakan yang tidak umum bagi orang Albania.

Karena ia tidak mendapatkan dukungan di utara yang dikuasai Venesia atau di selatan yang dikontrol Ottoman.

Terlepas dari keberanian militer ini, ia tidak dapat berbuat lebih dari sekadar menyimpan harta miliknya sendiri di daerah yang sangat kecil di Albania utara saat ini di mana hampir semua kemenangannya melawan Ottoman terjadi.

Pemberontakannya adalah pemberontakan nasional.

Perlawanan yang dipimpinnya menyatukan orang-orang Albania dari berbagai daerah dan dialek dalam satu tujuan bersama, membantu mendefinisikan identitas etnis orang Albania.

Keterampilan militer Skanderbeg menghadirkan hambatan besar bagi ekspansi Ottoman, dan ia dianggap oleh banyak orang di Eropa Barat sebagai model perlawanan Kristen terhadap Muslim

4. Charles Martel

Charles Martel adalah seorang negarawan dan pemimpin militer Frank sebagai Duke and Prince of the Franks dan wali kota istana.

Charles berhasil menyatakan klaimnya akan kekuasaan sebagai penerus ayahnya sebagai kekuatan di belakang takhta dalam politik Frank.

Melanjutkan dan membangun pekerjaan ayahnya, ia memulihkan pemerintahan terpusat di Francia dan memulai serangkaian kampanye militer yang membangun kembali kaum Frank sebagai penguasa yang tak perlu dari semua Gaul .

Setelah membangun persatuan di Gaul, perhatian Charles terpanggil untuk konflik asing dengan kemajuan Islam ke Eropa Barat yang menjadi perhatian utama.

Pasukan Arab dan Berber Islam telah menaklukkan Spanyol (711), menyeberangi Pyrenees (720) dan menyita Narbonensis , utama ketergantungan dari Visigoth (721-725).

Setelah tantangan yang terputus-putus, pasukan Arab dan Berber Islam di bawah Abdul Rahman Al Ghafiqi , Gubernur Arab al-Andalus , maju menuju Gaul dan kemudian ke Tours , 'kota suci Gaul'.

Pada Oktober 732, pasukan Khilafah Umayyah dipimpin oleh Al Ghafiqi bertemu pasukan Frank dan Burgundi di bawah Charles antara kota-kota Tours dan Poitiers (Perancis utara-tengah modern).

Perang tersebut mengarah ke kemenangan Frank yang menentukan dan penting secara historis yang dikenal sebagai The Battle of Tour.

Pertempuran ini mengakhiri invasi Arab terakhir ke Prancis, kemenangan militer yang disebut brilian oleh Charles. (*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini