Apa yang diterapkan terhadap sang terdakwa?
Juru bicara Departemen Pemasyarakatan mengonfirmasi kepada media Selandia Baru bahwa sang tahanan tidak punya akses kepada media atau pengunjung.
Dia menambahkan, sang terdakwa diperlakukan sesuai dengan Undang-Undang Pemasyarakatan dan "demi alasan keamanan operasional, informasi tambahan tidak akan diberikan".
Stuff menyebut sang tahanan diyakini ditempatkan di sebuah sel dengan pintu yang terhubung dengan lapangan berlantai beton yang bisa digunakan selama satu jam per hari. Dia disebut "patuh".
Sang terdakwa dijadwalkan masih akan disidang di Christchurch melalui sambungan video.
Sejauh ini dia didakwa dengan tuduhan membunuh, namun dakwaan lain diperkirakan akan bertambah.
Sebanyak 50 orang dibunuh dalam serangan ke dua masjid pada 15 Maret lalu. Sebagian dari serangan itu diunggah secara langsung memanfaatkan media sosial Facebook
Pengadilan memutuskan wajah sang terdakwa harus dikaburkan dalam foto-foto di persidangan. Diperkirakan dia akan mewakili dirinya dalam sidang.
Bagaimana rakyat Selandia Baru memulihkan diri?
Rakyat Selandia Baru masih berupaya pulih setelah aksi penyerangan berlangsung. Lebih dari 20.000 orang menghadiri acara berkabung di Hagley Park, Kota Christchurch, yang dihadiri Perdana Menteri Jacinda Ardern.
Pada acara itu, sejumlah orang menyampaikan pesan penolakan terhadap ekstremisme dan merangkul kemanusiaan.
Ardern berkata: "Kami tidak kebal terhadap virus-virus kebencian, ketakutan…Kami tidak pernah kebal, namun kami bisa menjadi bangsa yang menemukan obatnya."
Farid Ahmed, penyintas serangan namun kehilangan istrinya dalam aksi penembakan di masjid, menyerukan perdamaian seraya berkata dirinya telah memaafkan pelaku.
Cat Stevens, yang menyandang nama Muslim, Yusuf Islam, menyanyikan lagu-lagunya yang berjudul Peace Train dan Don't Be Shy.
Segenap nama 50 korban meninggal dunia dibacakan dalam acara itu, yang mencakup pria, perempuan, dan anak-anak. Korban termuda baru berusia tiga tahun.