Ilham Ibrahim secara terbuka menyatakan ideologi ekstremis dan telah terlibat dalam pertemuan National Tawheed Jamaath, kelompok Islam lokal yang diduga terlibat dalam perencanaan serangan, menurut sumber yang dekat dengan keluarga.
Dia menikah dengan putri seorang produsen perhiasan kaya.
Ayah dari kedua saudara kandung itu, Mohamed Ibrahim, ditangkap ketika polisi melakukan penyelidikan.
Ibrahim, seorang pedagang rempah-rempah kaya dan pilar komunitas bisnis, memiliki enam putra dan tiga putri.
Dia dikagumi oleh banyak orang yang mengenalnya.
"Dia terkenal di daerah itu karena membantu orang miskin dengan makanan dan uang. Tidak terpikirkan anak-anaknya bisa melakukan itu," kata tetangga Fathima Fazla dari ABC NEws.
Baca: Pelaku Bom Bunuh Diri Di Sri Lanka Pernah Kuliah Di Australia
Dikutip Tribunnews.com dari The Guardian, peneliti anti-terorisme Inggris percaya Abdul Lathief Jameel Mohamed menghadiri Universitas Kingston di London barat daya dari 2006-07.
Peneliti Inggris sedang mencari rekanan atau tanda-tanda aktivitas ekstremis selama waktunya di Inggris.
Mohamed kemudian melanjutkan untuk belajar di Australia dan pada hari Minggu mengambil bagian dalam gelombang pemboman bunuh diri di gereja-gereja dan hotel-hotel di Sri Lanka yang menewaskan sedikitnya 359 orang dan melukai lebih dari 500 orang.
ISIS telah mengklaim bertanggung jawab atas pengeboman itu, yang diyakini sebagai paling mematikan dilakukan oleh kelompok.
Identitas Mohamed terungkap setelah menteri pertahanan Sri Lanka, Ruwan Wijewardene, mengatakan kepada pengarahan media sebelumnya pada hari Rabu bahwa salah satu pelakutelah belajar di Inggris dan melakukan studi pascasarjana di Australia sebelum kembali untuk menetap di Sri Lanka.
Wijewardene mengatakan ada sembilan pembom bunuh diri secara total - kebanyakan berpendidikan baik dan dari keluarga kaya.
Delapan telah diidentifikasi dan salah satunya adalah seorang wanita, katanya.
"Kelompok pengebom bunuh diri ini, kebanyakan dari mereka berpendidikan baik dan berasal dari kelas menengah ke atas, sehingga mereka secara finansial cukup mandiri dan keluarga mereka cukup stabil secara finansial," kata Wijewardene.
"Itu adalah faktor yang mengkhawatirkan dalam hal ini. Beberapa dari mereka saya pikir belajar di berbagai negara lain, mereka memegang gelar, LLM [sarjana hukum], mereka orang-orang yang cukup berpendidikan. "
(Tribunnews.com/Chrysnha)