TRIBUNNEWS.COM, CANBERRA - Seniman kontemporer FX Harsono menampilkan karya seni memedihkan yang mengacu pada sejarah tragis etnis Tionghoa di Indonesia.
FX Harsono menjadi satu dari 24 seniman yang menjadi peserta Contemporary Worlds: Indonesia di Galeri Nasional Australia mulai 21 Juni hingga 27 Oktober 2019.
FX Harsono menampilkan karya yang diberi judul Gazin on collective memory 2016.
"Selama 32 tahun mereka dibilang terputus oleh kebudayaan mereka. Lalu kembali mempraktekan lagi sebagai orang Tionghoa ini," kata FX Harsono di Galeri Nasional Australia.
Karya FX Harsono terdiri dari lilin listrik yang bergantungan dan menjadi penerang barang yang dibawahnya.
Barang-barang tersebut terdiri dari berbagai macam memoribilia antara lain foto, mangkuk porselen, kipas, cangkir porselen, robot kucing dan buku-buku pelajaran sekolah.
Barang yang salah satunya berasal dari pasar loak itu ditaruh di sebuah kayu.
FX Harsono mengatakan generasi muda yang lahir pada masa orde baru tidak paham mengenai kebudayaan Tionghoa.
Namun, ketika anak muda tersebut bertanya kepada orang tuanya maka ingatan kolektif mereka bercampur dengan adanya industrialisasi.
"Sekarang banyak hal-hal tidak ada pada masa lalu hadir dan mereka bilang ini kebudayaan Tionghoa," kata FX Harsono.
Ia mencontohkan robot kucing emas yang melambaikan tangan. Robot tersebut tidak ada pada kebudayaan Tionghoa di masa lalu.
"Itu muncul karena industrialisasi dan kapitalisasi barang suvenir di China. Hal ini terjadi karena orang-orang yang hidup setelah Orde Baru mencari referensi apa yang bisa ditampilkan yang mewakili kebudayaan China," kata FX Harsono.
Baca: Dubes Australia Singgung Kerjasama Industri Kreatif dengan Indonesia
Baca: Duto Hardono Tampilkan Komunikasi Purba Lewat Harmonisasi Kata di Galeri Nasional Australia
Sementara lilin listrik disimbolkan sebagai cahaya yang menghangatkan dan memberikan kekuatan individu serta komunitas Tionghoa di Indonesia yang tetap bertahan meski hampir dihancurkan oleh sejarah.
FX Harsono pun ingin menampilkan karya yang memperlihatkan kepada generasi muda agar tetap berjalan dari kegagalan masa lalu sehingga tidak menciptakan masyarakat yang eksklusif.