Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRBUNNEWS.COM, CARACAS - Situasi ekonomi di Venezuela kini sangat 'mengerikan', mayoritas masyarakat negara itu menilai bahwa sanksi yang dijatuhkan Amerika Serikat (AS) telah membawa mereka menuju kehancuran.
Sanksi AS disebut mempengaruhi perekonomian Venezuela, bahkan mereka juga menyalahkan AS.
Pernyataan tersebut disampaikan Pendiri sekaligus Koordinator Alberto Lovera Bolivarian Circle of New York, William Camacaro.
"Situasinya sulit, sanksi itu sangat berat untuk rakyat jelata. Meskipun demikian, anda tidak akan melihat demonstrasi dan tidak mendengar kritik terhadap pemerintah," kata Camacaro.
"Orang-orang menyadari bahwa sanksi itu mempengaruhi ekonomi dan sebagian besar masyarakat menyalahkan (Presiden AS) Donald Trump dan pemerintah AS," kata Camacaro.
Camacaro kemudian menjelaskan bahwa kurang dari sebulan lalu, dirinya kembali ke Venezuela.
Ia menyaksikan upaya yang dilakukan orang-orang Venezuela dalam mengatasi situasi ekonomi yang buruk dan mengatur pertukaran barang dan jasa, tanpa menggunakan mata uang apapun.
"Mereka mengatur pertukaran makanan dan layanan, saya tidak melihat masalah besar yang timbul dalam negara itu," kata dia.
Baca: Sandiaga Uno Mencuat Jadi Calon Gubernur Sumatera Barat, Ini Kata Pengamat
Dikutip dari laman Sputnik News, Sabtu (6/7/2019), masalah yang kini tengah dihadapi Venezuela adalah bahwa oposisi di negara tersebut tidak memiliki kapasitas untuk melakukan apapun dan pemerintah AS secara efektif mendukung pihak oposisi.
Mayoritas masyarakat Venezuela tidak mengetahui bahwa pemimpin oposisi Juan Guaido telah menyatakan diri sebagai 'presiden sementara Venezuela' pada Januari lalu.
"Meskipun demikian, Guaido berada di Majelis Nasional, banyak orang tidak tahu bagaimana cara menyebutkan namanya," ujar dia.
Selain itu, publik tampaknya membenci Guaido, terutama setelah munculnya skandal mengenai penyalahgunaan uang jutaan dolar yang diterima kubu oposisi yang diduga sebagai bantuan untuk Venezuela.
"Banyak orang yang marah dan kesal jika membahas hal itu, itu sebabnya anda tidak melihat adanya demonstrasi besar-besaran yang mendukung Guaido."
Camacaro mengklaim bahwa selama perayaan May Day, sekitar 150.000 orang turun ke jalan untuk melakukan demonstrasi pro terhadap Presiden Venezuela Nicolas Maduro.
Sementara hanya 3.000 orang yang melakukan unjuk rasa pro-Guaido.
"Saya tidak yakin ia (Guaido) memiliki peluang untuk memenangkan pemilihan umum di Venezuela, terutama setelah semua yang terjadi dalam enam bulan terakhir. Ia hanya anggota Majelis Nasional," ujarnya.
Venezuela kini sedang mengalami krisis ekonomi-politik yang meningkat sejak Januari lalu, setelah Guaido menyatakan dirinya sebagai presiden sementara dalam upaya untuk menggulingkan Maduro.
AS pun mengakui Guaido dan mulai menjatuhkan sanksi terhadap Venezuela lalu membekukan miliaran dolar aset negara itu.
Baca: Moeldoko: Pertemuan Jokowi dan Prabowo Bukan Lagi Agenda Prioritas
Sedangkan Rusia mengakui Maduro yang terpilih secara konstitusional sebagai satu-satunya presiden Venezuela.
Rusia menyebut AS telah 'mencekik' negara itu dengan sanksinya, dalam upaya untuk menyeret Venezuela masuk dalam kekacauan dan mendapatkan kendali atas cadangan minyak serta gas terbesar di dunia.
Sementara itu, Maduro menyebut Guaido sebagai boneka AS dan menuding AS telah mengatur kudeta terhadap dirinya untuk memaksa perubahan pemerintahan dan mengklaim sumber daya petrokimia negara yang luas.