Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Selama ini mungkin banyak orang yang tak sadar--terutama orang Jepang--mengapa saat makan soba dingin menggunakan wasabi, tetapi kalau makan soba panas pakainya shichimi.
Ternyata kebiasaan ini ada sejarahnya.
Wasabi (Wasabia japonica, sinonim: Eutrema japonica) adalah akar tumbuhan asli Jepang yang umumnya berada di pinggir kalibersih, memiliki aroma harum, sekaligus rasa tajam menyengat hingga ke hidung seperti mustar, tetapi bukan pedas di lidah seperti cabai.
Shichimi adalah sambal 7 rasa Jepang atau campuran rempah 7 rasa yang dikenal di Jepang.
Tujuh bahan ini di antaranya cabai merah kering yang digiling kasar sebagai bahan utama sanshō yang digiling kulit jeruk panggang biji wijen hitam.
Sedangkan soba atau bakmi Jepang merupakan masakan mi tradisional Jepang yang dibuat dengan bahan utama tepung gandum (buckwheat).
Makanan ini berbentuk seperti mie spageti dari Itali dengan tekstur lebih kasar dan biasanya disajikan hangat atau dingin sesuai dengan permintaan pembeli.
Baca: Peternak Ayam Gugat Datuk Penghulu Rp 1 M, Berawal dari Aksi Unjuk Rasa Akibat Serangan Hama Lalat
Soba merupakan salah satu makanan favorit orang Jepang.
Soba bukan hanya sekadar mie belaka, melainkan memiliki filosofis yang dalam.
Pada setiap perayaan, seperti tahun baru (disebut toshikoshi-soba yang berarti “soba melewatkan tahun”) atau ketika baru pindah rumah (disebut hikkoshi-soba yang berarti “soba pindahan”), orang Jepang selalu menyertakan soba.
Bagi mereka, soba melambangkan kesuksesan, panjang umur dan murah rezeki.
Penjual soba sangat mudah dijumpai karena makanan yang satu ini sangat disukai oleh tak hanya orang Jepang, namun juga orang asing yang datang ke Jepang.
Bahkan Soba juga telah menyebar ke berbagai negara di dunia, salah satunya di Indonesia.
Mie soba menurut cara penyajiannya terdiri dari dua macam, yaitu soba panas dan soba dingin.
Soba dingin dikeluarkan di saat musim panas, dan soba panas di saat musim dingin, namun pasangannya beda, wasabi dan shichimi, membuat orang sering tak sadar dan akhirnya bertanya, mengapa beda?
Ternyata ada sejarahnya sejak zaman bangsawan dan Raja Ieyasu Tokugawa.
Baca: Berawal dari Chatting di Medsos, Istri Polisi Nyaris Diamuk Warga
Soba dingin dengan wasabi sebenarnya dari Tokugawa saat menginap di Shizuoka yang merupakan daerah pertanian di saat musim panas penuh dengan tanaman wasabi.
Antara tanggal 31 Januari 1543 hingga 1 Juni 1616, Tokugawa jalan-jalan dan menginap di Shizuoka di musim panas ingin makan soba tetapi sesuatu yang lain.
Pembantunya membawa soba seperti biasa, dulu menggunakan perasan parutan labu.
Tokugawa tidak mau karena bosa, dia ingin sesuatu yang segar dan lain.
Akhirnya diperkenalkan lah Wasabi yang jadi salah satu produk pertanian Shizuoka yang terkenal saat itu.
Makan soba dingin dengan wasabi membuat Tokugawa kaget karena "menyetrum" ke hidungnya, tetapi dia sangat bahagia, "Nah, ini dia yang saya cari."
Akhirnya Tokugawa membawa wasabi ke Tokyo (saat itu bernama Edo) dan memperkenalkan lebih luas sehingga sekarang ini kalau makan soba dingin selalu menggunakan wasabi.
Sedangkan soba panas menggunakan shichimi karena kalau menggunakan wasabi, apalagi dicelupkan ke sop soba, tidak ada rasanya, tak begitu enak, rasa wasabi luntur ke saus panas soba tersebut.
Maka dicarikanlah sesuatu yang pedas seperti wasabi, tetapi menggunakan tujuh ramuan rempah-rempah sehingga disebut sichimi atau tujuh rasa.
Itulah sebabnya soba dingin menggunakan wasabi tetapi soba panas menggunakan shichimi supaya tetap ada rasa yang enak saat menyantap soba, baik dingin maupun panas.