Dalam penembakan massal tersebut, sebanyak 51 jemaah tewas dan 49 lainnya terluka. Selandia Baru langsung bersikap dengan melarang senjata level militer beredar.
Dalam konferensi pers Sabtu sore, Kepala Polisi El Paso Greg Allen menyebut soal manifesto itu, dan berujar dokumen itu mungkin ada "hubungan" dengan penembakan tanpa bersedia menjabarkannya.
Selain itu, Crusius disebut pernah bersekolah di Collin College McKinney, dari musim gugur 2017 hingga musim semi 2019.
Pihak sekolah mengaku terkejut dan sedih atas peristiwa itu.
Presiden sekolah Neil Matkin dalam keterangan resmi menyatakan, mereka siap bekerja sama dalam penyelidikan yang digelar oleh polisi lokal maupun federal.
"Kami bersama Gubernur Texas dan seluruh masyarakat yang ada di sini menyampaikan duka yang mendalam bagi para korban dan keluarga mereka," ujar Matkin.
Juru bicara Kepolisian El Paso Sersan Robert Gomez mengatakan, Crusius ditahan "tanpa insiden", dan tidak percaya jika ada pelaku lain dalam penembakan massal itu.
Penembakan massal yang terjadi di Walmart El Paso terjadi satu pekan setelah aksi serupa di festival bawang putih California yang menewaskan tiga orang.
Salah satu pengunjung bernama Kianna Long menceritakan dia sedang berada di Walmart bersama suaminya ketika mereka mendengar adanya tembakan.
"Semua orang berlari dalam kepanikan karena mendengar adanya suara tembakan. Mereka bergegas berusaha lari ke pintu. Namun, banyak orang jatuh ke lantai," ujarnya. (Kompas.com/Agni Vidya Perdana)