TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hari Ini, Sabtu (12/10/2019) di lini masa Twitter Indonesia, tagar #PrayForJapan jadi trending topic.
Netizen menyampaikan ucapan agar rakyat Jepang dapat bertahan dan baik-baik saja.
Diketahui Jepang bersiap menghadapi terjangan topan Hagibis, yang berpotensi menjadi topan terkuat dalam 60 tahun.
Kamis (10/10/2019), penduduk di Jepang tengah dan timur, bergegas menuju ruang bawah tanah atau mengungsi, setelah angin topan mendekat dari Samudra Pasifik.
Diperkirakan, angin topan Hagibis bakal berkembang dengan cepat menjadi berstatus topan super dalam waktu 18 jam.
Topan super Hagibis, yang berarti "kecepatan" dalam bahasa Filipina, diperkirakan mencapai Nagoya di Jepang tengah pada Sabtu (12/10/2019) pagi.
Badan Meteorologi Jepang telah mengeluarkan peringatan hujan lebat, angin kencang, gelombang tinggi, dan badai.
KPU Sabu Raijua Klarifikasi Dokumen Krisman Riwu Kore yang Tersebar di Media Sosial - Pos-kupang.com
Latihan Soal BAB 2 Bahasa Indonesia Kelas 9 SMP Semester 1 Lengkap Kunci Jawaban, Soal Pilihan Ganda
Badan tersebut juga telah mendesak kepada masyarakat untuk mengambil tindakan pencegahan lebih awal dari biasanya.
Masyarakat bersiap agar yang terjadi bulan lalu, ketika Topan Faxai melanda Jepang timur tidak kembali terjadi.
Dampak dari topan Faxai, tiga orang dilaporkan tewas dengan puluhan lainnya luka-luka.
Setidaknya 930.000 orang kehilangan pasokan listrik dengan sebagian daerah membutuhkan waktu hingga dua minggu untuk pulih sepenuhnya.
Rumah sakit terpaksa mengandalkan generator darurat, mesin ATM tak berfungsi dan persediaan makanan di supermarket mulai busuk.
"Saya memutuskan untuk pergi ke rumah orangtua saya di prefektur Saitama pada akhir pekan," kata Yuki Hori, yang bekerja untuk pemerintah lokal di Yokohama.
"Topan bulan lalu benar-benar buruk dan saya khawatir kali ini akan menjadi lebih buruk, jadi saya memutuskan untuk pergi langsung selesai bekerja pada Jumat malam," tambahnya.
Kazuhisa Tsuboki, profesor di Universitas Nagoya, yang khusus mempelajari topan, memperingatkan bahwa topan kali ini berpeluang menjadi jauh lebih kuat dibandingkan Topan Faxai.
"Saat mendekati daratan angin kencang akan menjadi masalah besar dan penduduk di Nagoya dan Tokyo akan berada dalam bahaya," ujarnya.
"Karena badai ini lebih kuat, angin yang dibawa akan lebih kuat, curah hujan lebih tinggi, dan kerusakan akan lebih parah dibanding yang ditimbulkan Faxai. Jadi warga harus lebih berhati-hati."
"Ketika sampai di daratan, Hagibis bisa menjadi salah satu topan terkuat yang menghantam Tokyo sejak 1958, ketika Topan Ida menerjang.
Saat itu menjadi bencana serius dan lebih dari 1.200 orang meninggal," tambahnya.
Menurut Tsuboki, hujan lebat yang dibawa angin topan ini akan menjadi lebih buruk.
Topan ini kemungkinan akan menyebabkan banjir parah dan tanah longso di lereng bukit yang telah dilemahkan oleh hujan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Topan Hagibis Siap Terjang Jepang, Berpotensi Jadi Topan Terkuat Sejak 60 Tahun"
Pelajar Indonesia waspada
Sementara itu dilaporkan koresponden Tribunnews.com dari Tokyo, Persatuan Pelajar Indonesia di Jepang (PPI Jepang) mengimbau para pelajar Indonesia yang ada di Jepang untuk berhati-hati menghadapi Taifun No.19.
"Kepada teman-teman pelajar Indonesia yang sedang berada di Jepang, dimohon untuk berhati-hati terutama yang berada di daerah Kanto (Tokyo dan sekitarnya)," ungkap Ketua umum PPI Jepang, Elza Firdiani Sofia khusus kepada Tribunnews.com, Sabtu (12/10/2019).
Elza Firdiani Sofia juga mengimbau untuk menyiapkan persediaan makanan dan minuman yang cukup.
Baca: Catat! 6 Tempat Beli Oleh-oleh Murah di Singapura, Cocok untuk Budget Traveler
"Siapkan makanan, air, dan pakaian serta surat-surat penting untuk kemungkinan menghadapi keadaan darurat," tambahnya.
Selain itu diharapkan untuk mengikuti petunjuk dari pemerintah sekitar terutama jika harus evakuasi.
"Untuk teman-teman yang berada di luar daerah Kanto, dimohon untuk tidak ke luar rumah sebisa mungkin dan ikuti terus berita di televisi," kata dia.
Badai Hagibis diprediksi akan melintasi Jepang, khususnya di sekitar Tokyo pada Sabtu, 12 Oktober siang hari hingga Minggu 13 Oktober sore hari hingga malam hari.
Baca: 8 Tahun Berlalu, Widy Vierratale Ngaku Sebagai Artis Saat Diculik, Para Penculik Langsung Minta Maaf
Badai terbesar yang muncul pada tahun ini mengakibatkan gangguan pada penerbangan hingga transportasi umum pada kedua hari tersebut.
Badai yang masuk kategori 4 skala Saffir-Simpson, skala yang biasa digunakan di Amerika Serikat, diperkirakan memiliki daya rusak yang lebih kuat dari badai sebelumnya, yakni badai Faxai yang sempat melanda pada bulan September lalu.
Badai Faxai pada bulan September lalu mengakibatkan kerusakan pada fasilitas umum, rumah warga, bahkan menewaskan tiga orang.
Skala 4 termasuk dalam kategori "bencana" atau catastrophe.
Baca: Istri Peltu YNS Diperiksa Polresta Sidoarjo Terkait Kasus Dugaan Fitnah Penusukan Wiranto
Curah hujan yang sangat tinggi di atas 400 mm akibat badai juga berpotensi menyebabkan banjir, arus deras di daerah sekitar sungai, hingga tanah longsor di sekitar pegunungan.
Japan Meteorological Agency mengimbau agar warga selalu siap sedia kebutuhan dasar seperti makanan dan minuman di dalam tas, dan agar segera mengevakuasi diri ketika dibutuhkan.
Daerah yang akan terkena dampak angin dan hujan lebat adalah Tokyo dan sekitarnya, termasuk juga Perfektur Kanagawa, Chiba, Saitama, hingga Shizuoka dan Yamanashi.
Kedatangan badai ditandai dengan angin ribut disertai hujan lebat yang diprediksi akan berlangsung dari Sabtu siang hingga Minggu malam.
"Jika membutuhkan informasi badai lebih lanjut dapat membuka situs JMA yaitu www.jma.go.jp/en dalam bahasa Inggris. Dapat juga menghubungi pihak KBRI Tokyo lewat surel consular@kbritokyo.jp atau hotline di nomor 08035068612 atau 08049407419. Dalam keadaan darurat silakan menghubungi 119 untuk bantuan," lanjutnya.