TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Waktu menunjukkan pukul 6 pagi ketika Sonny Bill Williams menyelesaikan salat Subuh di salah satu hotel di London.
Pada musim gugur seperti ini, waktu Subuh di Inggris baru masuk pada pukul 5.35 dan berakhir sekitar pukul 7.15, beberapa menit sebelum matahari terbit.
Sambil duduk di atas sajadah, Williams, mengatakan, "Ketika saya mengangkat kedua telapak tangan, saya berdoa, Ya Allah, tuntunlah saya. Kuatkan saya. Bantulah saya menjadi manusia yang lebih baik."
Baca: Nyaris Tak Ada yang Bela Sukmawati, Putri Proklamator Soekarno, Tante Puan Maharani, Ini Respon PBNU
"Saya tahu saya memiliki kelemahan, tapi kuatkanlah saya. Ampunilah dosa-dosa saya. Ya Allah, berikan rahmat ke orang-orang terdekat saya dan mereka yang ada di sekeliling saya. Jagalah mereka, terutama anak-anak. Rendahkanlah hati kami dan buat kami selalu bersyukur," kata Williams.
Williams bukan sembarang atlet. Ia adalah salah satu pemain rugbi paling terkenal dan termahal. Ia dua kali menjuarai Piala Dunia bersama timnas Selandia Baru, tampil di Olimpiade, dan pernah juara tinju kelas berat di negaranya.
Namanya juga tercatat sebagai salah satu atlet Muslim paling dikenal di dunia.
Ia berada di London karena timnya, Toronto Wolpack, mewakili Kanada di kompetisi rugbi Liga Super pada 2020 yang digelar di Inggris.
Baca: Guru Silat Cabuli 5 Muridnya Saat Dampingi Pertandingan Olimpiade, Pura-pura Memijatnya
Di kompetisi ini akan berlaga 12 tim, 10 dari Inggris dan masing-masing satu tim dari Kanada dan Prancis.
Bagi Williams, ini untuk pertama kalinya ia akan terjun di kompetisi rugbi Liga Super.
Saat konferensi pers di Stadion Emirates di Londo, Williams menjawab pertanyaan wartawan dengan bahasa Inggris, Samoa, dan bahasa Arab.
Dengan tinggi badan 193 sentimeter dan berbobot 110 kilogram, sosok Williams mendominasi ruangan.
Di balik badannya yang tinggi besar, ada sosok yang sederhana dengan tutur kata lembut.
"Saya dulu suka main perempuan, suka minum alkohol, boros dan bermewah-mewah ... tapi apa yang saya dapatkan? Yang saya dapat hanya hati yang hampa," kata Williams.
Tahun ini genap 10 tahun Williams memeluk Islam.
Ia mengenal Islam ketika bermain untuk satu tim di Prancis.
Dia mengaku butuh beberapa tahun untuk menjalani proses menjadi seorang Muslim. "Saya menemukan Allah, saya menemukan Islam dan itu memungkinkan saya mengubah semua sifat liar dalam diri saya menjadi hal positif."
Ia mengatakan mendapatkan dukungan yang besar dari sesama atlet Muslim seperti pemain sayap Fiorentina, Franck Ribery, dan mantan atlet kriket dan kapten Afrika Selatan, Hashim Amla.
"Dalam masyarakat saat ini, bukan rahasia lagi bahwa banyak dari kita, merasa malu menjadi," kata Williams.
"Saya bangga menjadi Muslim. Saya bangga dengan apa yang diperjuangkan Islam, saya bangga apa yang bisa diberikan oleh agama saya. Ketika saya melihat atlet (Muslim) lain di luar sana, saya merasa bangga. Wow indah sekali rasanya," kata Williams.
Pada bulan Maret, serangan pria bersenjata di sebuah masjid di Christchurch menewaskan 51 orang, termasuk seorang warga negara Indonesia, dan Williams pun membagikan sebuah pesan di akun media sosialnya di mana ia mengungkapkan "kesedihan yang mendalam" dan berharap para korban "pergi ke surga".
Seminggu setelah kejadian penembakan, Williams mengunjungi kota itu dan bertemu dengan masyarakat setempat sebagai bentuk solidaritas.
"Sebagai salah satu Muslim paling dikenal di Selandia Baru dan (atlet yang) bermain untuk timnas, the All Blacks, pada saat itu, saya tahu bahwa itu adalah tugas saya," ujarnya.
"Saya orang yang sangat pemalu, tetapi saya harus maju, dan saya tahu bahwa saya harus siap bersikap rapuh dalam momen itu. Saya maju dan mewakili, bukan saja komunitas Muslim yang tengah terluka, tetapi juga rakyat Selandia Baru.
"Saya pikir jika saya bisa melangkah ke dalam momen itu, momen yang sulit untuk dijalani saat itu, dan hanya menyebarkan nilai-nilai positif - tetapi juga mengatakan kepada mereka bahwa ini nyata, ini menyakitkan. Langkah apa lagi yang lebih baik, yang bisa kita lakukan untuk terus melangkah?
Pada bulan Maret, serangan pria bersenjata di sebuah masjid di Christchurch menewaskan 51 orang, termasuk seorang warga negara Indonesia, dan Williams pun membagikan sebuah pesan di akun media sosialnya di mana ia mengungkapkan "kesedihan yang mendalam" dan berharap para korban "masuk surga".
Seminggu setelah penembakan, Williams mengunjungi kota itu dan bertemu dengan masyarakat setempat sebagai bentuk solidaritas.
"Sebagai salah satu atlet Muslim paling dikenal di Selandia Baru dan (atlet yang) bermain untuk timnas, the All Blacks, pada saat itu, saya tahu bahwa itu adalah tugas saya," ujarnya.
"Saya orang yang sangat pemalu, tetapi saya harus maju ... saya maju dan mewakili, bukan saja komunitas Muslim yang tengah terluka, tetapi juga rakyat Selandia Baru.
Ia mengatakan penembakan di masjid di Christchurch adalah periode yang sangat sulit dan juga menyakitkan. Tapi pada saat yang bersamaan, ini adalah momen untuk menebar kebaikan.
Tahun lalu, Williams berangkat Umrah dan menggambarkan perjalanan spiritual itu sebagai "pengalaman luar biasa".
Ia mengatakan, "Mekah itu sangat istimewa, melihat Kakbah untuk pertama kalinya lalu merasakan ketentraman dan ketenangan di Madinah."
"Anda semua mengenakan selembar pakaian sehingga tidak ada kelas masyarakat, semuanya setara...," katanya.
Williams segera menapaki tahapan baru dalam kariernya yang gemilang di panggung rugbi dunia. Bagaimana rasanya bermain 14.000 kilometer dari negara asalnya, Selandia Baru?
"Saya merasa sangat terhormat. Saya sangat bersyukur atas kesempatan ini. Tentu ada banyak tekanan tetapi ini ada kesempatan bagi seorang atlet untuk menunjukkan prestasi terbaiknya," kata Williams.
Dan, bagaimana orang ingin mengenang namanya?