Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Kuil Hijiri yang terletak di daerah Wado Chichibu Jepang sangat ramai dikunjungi karena banyak bukti tertulis warga yang datang rezekinya terkabul. Misalnya dapat undian atau lotere puluhan juta yen.
"Saya khusus datang dari Amerika ke sini karena saya dengar manjur dapat rezeki baik, karir baik, permohonan kita kalau ke sini," kata Michael Grain seorang, warga AS ketika bertemu Tribunnews.com di Kuil Hijiri, Rabu (20/11/2019).
Kuil Hijiri didirikan sejak tahun 708 Masehi, dengan awal ditemukannya deposit besar bijih tembaga berkualitas tinggi di Lembah Kuroya di pegunungan Provinsi Musashi, Chichibu, kini dalam wilayah Perfektur Saitama.
Permaisuri Genmei baru saja tahun sebelumnya, tahun 707 Masehi, mengambil alih pemerintahan dari putranya, Kaisar Monmu, yang telah meninggal pada usia 25 setelah pemerintahan sepuluh tahun.
Karena putra Monmu sendiri masih terlalu muda untuk memerintah, Genmei dengan enggan mengisi slot sebagai permaisuri pengganti pada awalnya.
Namun, ia kemudian menjadi ambisius, untuk meninggalkan jejaknya di negara itu.
Genmei segera mulai bersiap memindahkan istana Kekaisaran dari pedesaan Kastil Fujiwara-kyo ke Nara, sebuah kota baru yang baru saja dibangun pada saat itu dan meniru Chang'an, ibu kota Tang Cina.
Langkah ini pada akhirnya menjadi awal Periode Nara yang sangat berpengaruh secara budaya dalam sejarah Jepang (710 - 794).
Bagi Permaisuri Genmei, langkah itu adalah risiko finansial yang sangat besar. Membangun kota baru tidaklah murah.
Kuil Wado Hijiri, Chichibu, Perfektur Saitama, Jepang bukanlah kuil besar. Tapi banyak dikunjungi untuk kesuksesan rezeki dan karir.
Ketika muatan pertama tembaga yang baru ditemukan tiba di Nara dari Kuroya, Genmei senang. Tiba-tiba, sumber dana tak terduga untuk membayar rencananya telah terbuka.
Dia dengan cepat memerintahkan tambang untuk dikembangkan dan koin Jepang pertama yang dicetak dalam skala besar disebut Wado Kaichin.
Tidak hanya itu, Genmei mengubah nama era Kekaisarannya dari Keiun (nama yang dia simpan sejak masa pemerintahan putranya) menjadi Wado.
Baca: Padatnya Agenda Kunjungan Paus Fransiskus di Jepang, 23 Hingga 26 November 2019
Baca: Shinzo Abe Jadi PM Jepang Terlama Dalam Sejarah, 2887 Hari Per Rabu Ini
Baca: Viral di Medsos, Takoyaki di Solo Ini Seporsi Mulai Rp 5 Ribu, yang Jual Orang Jepang Asli