Seperti koin Cina, Wado Kaichin berbentuk bulat, memiliki lubang persegi di tengah dan diameter 2,4 cm.
Empat karakter Tiongkok dicetak pada koin. Membaca searah jarum jam, mereka membaca "Wado Kaichin" ketika diucapkan dalam bahasa Jepang.
Pemerintah memutuskan nilai satu Wado Kaichin setara dengan 2 kg beras. Dua kilogram beras adalah pembayaran standar satu hari untuk pekerja kasar di dinas pemerintah.
Hingga diperkenalkannya Wado Kaichin, perdagangan barter telah menjadi peraturan di Jepang meskipun koin Cina dan Korea juga mulai digunakan pada abad ke 6 dan 7 Masehi.
Pemerintah sangat mempromosikan penggunaan Wado Kaichin kepada masyarakat umum, paling tidak karena pemerintah mampu menetapkan nilai nominal mereka yang tentu saja lebih tinggi dari nilai aktual kandungan logam mereka.
Pembayaran pajak misalnya mulai dituntut dalam bentuk koin daripada barang.
Namun dalam praktiknya, Wado Kaichin digunakan terutama di Nara dan sekitarnya, sementara sisanya dari Jepang sebagian besar melanjutkan perdagangan barter tradisional.
Menuju kuil tersebut dari Stasiun Wado Kuroya jalan kaki hanya 7 menit saja.
Sampai ke jalan besar ke kiri lalu menyeberangi kali ke kanan ada tori (gerbang kuil) naik ke atas sampai ke kuil.
Jangan lupa di bagian kanan ada bak air tempat membersihkan diri sebelum berdoa di kuil.
Jangan masuk dari lokasi tempat parkir di kanan karena tak ada bak air untuk pembersihan diri hati dan jiwa kita sebelum memasuki kuil tersebut.
Bagi penggemar Jepang dapat bergabung ke WAG Pecinta Jepang, kirim email ke : info@jepang.com