Menurut Fotiou, solusi dari tercapainya multi agenda global itu adalah pemanfaatan sumber daya alam seefisien mungkin.
Misalnya dengan mengubah pola konsumsi dan gaya hidup menjadi lebih ramah lingkungan.
Investasi juga diperlukan untuk mendukung infrastruktur rendah karbon
Kepala Pusat Standarisasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Noer Adi Wardojo menyatakan Indonesia terus mendorong pola konsumsi dan produksi berkelanjutan.
Langkah tersebut dilakukan lewat pendekatan sistemik dan operasional.
Secara sistemik, pemerintah Indonesia telah menerbitkan sejumlah ketentuan terkait pola konsumsi berkelanjutan.
Baca: Cak Imin: Indonesia,Time for Action
Misalnya tentang peredaran kayu legal, eco office, pengembangan standar produk ramah lingkungan, dan pengadaan barang/jasa ramah lingkungan di instansi pemerintah.
Secara operasional, penerapan pola konsumsi berkelanjutan diterapkan dari praktik yang sederhana.
“Misalnya dengan mengganti kantong belanja plastik sekali pakai dengan kantong yang bisa diguna ulang. Praktik ini sudah berhasil diterapkan di banyak tempat di Indonesia,” kata dia.
Mikiko Kainuma, peneliti senior Institute for Global Environment Strategies mengingatkan, ada trade off dari antar agenda pengendalian perubahan iklim dan SDGs.
Dirinya mencontohkan, penerapan pajak metana untuk aktvitas pertanian, bisa meningkatkan harga pangan yang tentu berdampak pada daya beli masyarakat.
Mikiko kemudian menyarankan, kebijakan yang diambil harus inklusif sehingga bisa mencapai target dari dua agenda global tersebut.