5. Calon Penghafal Alquran yang Meninggal Diduga Disiksa juga Tulis Catatan Harian Ingin Jadi Hafiz Quran
Selain buku harian itu, di dalam Al Quran milik Mohamad Thaqif Amin juga ditemukan sebuah catatan yang ditempel ke sampul bagian dalam.
Mohamad Thaqif Amin menuliskan keinginannya untuk menjadi hafiz.
"Aku ingin jadi hafiz dalam waktu dua tahun ini, aku bisa melakukanya.
Kau bisa melakukannya Thaqif!" tulis Mohamad Thaqif Amin.
Ia pun menuliskan catatan yang berisi hal-hal yang harus dilakukan untuk meraih impiannya itu.
"Cara-cara untuk menjadi seorang hafiz:
Dengarkan nasihat ayah ibu,
Jagalah zholat lima waktu,
Menghafalkan surat-surat yang lebih mudah terlebih dahulu," sambungnya.
Pemerintah Johor juga sempat memberikan ucapan belasungkawa atas meninggalnya Mohamad Thaqif Amin.
"Atas nama pemerintah negara bagian dan seluruh Bangsa Johor, saya sedih atas kematian 'imam kecil' ini.
Belasungkawa kepada orang tua dan keluarganya.
Harapan dan impiannya untuk mengubah Al Quran sebagai jalan hidup sangat terpuji, Allah akan menempatkan jiwanya di antara orang-orang yang saleh," ungkap Datuk Ayub Rahmat dari Dewan Agama Islam Johor.
Sementara itu dikabarkan sebelum mengembuskan nafas terakhir, bocah ini telah dijadwalkan menjalani amputasi tangan.
Sang ayah mengukuhkan kematian putranya, Rabu (26/4/2017).
Pada saat itu anggota keluarga sedang menggelar doa untuk memohon kesembuhan.
Demikian dikatakan sang ayah seperti dilaporkan surat kabar The Star.
Sebelum meninggal, Thaqif sempat menuliskan catatan harian tentang pemukulan yang dialaminya di sekolah tahfiz tersebut bulan lalu.
Catatan harian itu ditulis hanya dua bulan setelah sang ibu mengirimkannya ke asrama di madrasah tersebut.
Bibi Thaqif, Dzuraidah Ahmad (38), mengatakan keponakannya tersebut sempat mengadu ke ibunya tentang pemukulan yang dialami.
Aduan tersebut sama dengan yang tertulis di catatan harian Thaqif.
Dikatakan, mereka rela mendapat giliran pertama untuk dipukuli agar bisa tidur cepat karena harus bangun pukul tiga pagi untuk shalat subuh.
“Keponakan saya mengatakan terkadang dirinya dan temannya menjadi relawan untuk dipukul lebih dulu sebelum tidur," ujar Dzuraidah seperti dilansir dari Freemalaysiatoday.com, Kamis (27/4/2017).
“Dia (Thaqif) menuliskan bagaimana dirinya dipukul tanpa alasan, dan dia mengaku tidak tahan dengan perlakuan serta minta untuk dipindah ke sekolah lain," kata Dzuraidah.
Catatan harian korban menyebut, jika seorang siswa membuat kesalahan di sekolah swasta itu, maka seluruh santri akan dihukum.
Salah satu tulisan di catatan harian tersebut menyebut sosok staf sekolah yang menyiksa dirinya hingga koma.
(TribunStyle/Vega Dhini Lestari)