Kisah tentang rumah sakit yang menolak pasien melahirkan karena tak bawa KTP viral di Facebook. Bayi yang sudah setengah keluar akhirnya meninggal.
TRIBUNNEWS.COM - Kisah tentang rumah sakit yang menolak pasien melahirkan karena tak bawa KTP viral di Facebook.
Bayi yang sudah setengah keluar akhirnya meninggal karena tak kunjung ditangani.
Kisah tragis ini dialami oleh keluarga kecil seorang warga Malaysia dengan akun Facebook Kelana Jagat.
Kelana menceritakan insiden tersebut melalui tulisan pada akun Facebook-nya, Selasa (10/12/2019) lalu.
Pria Malaysia itu menceritakan, awalnya sang istri mengalami pecah ketuban pada Minggu (8/12/2019) pagi.
Baca: Video Viral Nenek Tidur di Pangkuan Kakek di saat Naik Prameks, Nikah 57 Tahun, Fakta Lain Terungkap
Baca: VIRAL Seorang Gadis Sempat Lumpuh karena Candaan Temannya: Gara-gara Dia Aku Nggak Bisa Naik Gunung
Bayi yang ada dalam kandungan pun telah keluar separuh badan.
Diketahui, anak kedua dari Kelana dan sang istri tersebut berada dalam posisi sungsang.
Kakinya telah keluar dahulu.
Sementara itu, bagian atas tubuh masih berada di mulut rahim.
Mengetahui kondisi itu, Kelana panik.
Dia segera membawa sang istri ke sebuah rumah sakit di Malaysia.
Saat itu, pikiran Kelana fokus pada keselamatan istri dan bayinya.
Saking paniknya, Kelana lupa membawa dokumen medis sang istri untuk melahirkan.
Kelana dan istri tiba di rumah sakit sekitar pukul 8 pagi waktu setempat.
Sesampianya di sana, sang istri disambut oleh petugas medis rumah sakit.
Ia dibawa menggunakan kursi roda untuk menuju ruang gawat darurat.
Kelana pun mengantar istrinya.
Saat berada di depan ruangan, petugas medis menanyainya.
Petugas medis menanyakan kartu identitas (semacam KTP) sang istri.
Sontak, Kelana teringat bahwa dirinya lupa membawanya.
Dia pun mengatakan bahwa dirinya lupa membawa dokumen medis sang istri.
Sebab, ia cepat-cepat membawa istri ke rumah sakit.
"Dalam keadaan isteri yang telah pecah ketuban di rumah maupun di mobil, mana mungkin saya sempat untuk memikirkan hal lain kecuali keselamatan istri dan bayi saya," tulis Kelana.
Namun, petugas medis tetap meminta Kelana untuk menyerahkan KTP sang istri.
Tanpa KTP, persalinan di rumah sakit tidak bisa dilakukan.
Kemudian, petugas medis pun menyarankan Kelana kembali ke rumah untuk mengambil KTP istri.
Namun, Kelana enggan melakukannya.
Sebab, rumahnya berjarak 15-20 menit dari rumah sakit.
Kelana ingin istri dan bayinya segera ditangani.
Ia pun menawarkan KTP-nya sebagai jaminan.
Meskipun begitu, tawarannya tak membuahkan hasil.
Petugas medis tetap mendesaknya kembali ke rumah.
"Kembalilah ke rumah dengan cepat, Anda masih punya waktu," tulis Kelana, menirukan apa yang dikatakan seorang petugas medis.
Menyadari posisinya berada dalam tekanan, Kelana berusaha berunding dengan petugas medis.
Akhirnya, Kelana disarankan untuk mengurus administrasi ke resepsionis sebelum istrinya mendapatkan perawatan.
Kelana pun pergi ke resepsionis.
Namun, apa yang dihadapinya justru lebih menyakitkan.
Lagi-lagi, dia dihadapkan pada masalah KTP.
Petugas resepsionis menanyakan berkas-berkas, seperti surat menikah, buku bayi, dan KTP istri.
Kelana kembali mengatakan bahwa dia tidak membawanya karena cepat-cepat ke rumah sakit.
Respons petugas resepsionis membuat Kelana kaget.
Dia memarahi Kelana di depan semua orang.
Pria itu dianggap membuat keadaan menjadi sulit.
"Bagaimana kita bisa tahu apakah istri Anda orang asing atau bukan? Kami bahkan tidak bisa memastikan apakah kalian sudah menikah," ujar petugas resepsionis.
Kelana tak menyangka dengan perkataan itu.
Dia merasa bahwa petugas resepsionis telah melakukan pelanggaran etika dan bersikap sangat kasar.
Kelana mencoba menawarkan KTP-nya, tetapi si petugas tak mau memprosesnya.
Bahkan, dia diminta untuk pergi ke rumah sakit lain.
Akhirnya, perawatan istri Kelana baru dilakukan setelah 30 menit mempermasalahkan KTP.
Nahas, nasib malang menimpa bayi Kelana dan istri.
Setelah dikeluarkan sepenuhnya, seluruh tubuh bayi membiru.
Pada hari berikutnya, seorang dokter spesialis memberi tahu bahwa sang bayi mengalami pendarahan internal stadium 4 yang kritis di otaknya.
Ternyata, bayi tersebut sudah stadium 2 pada hari pertama.
Kelana dan istri merasa hancur saat mengetahui kenyataan itu.
“Aku hanya tidak mengerti mengapa mereka tidak memberitahuku sebelumnya. Seorang dokter, Dr Teh, bahkan memberi kami penjelasan singkat tentang kesehatan bayi kami pada hari pertama, tetapi mereka tidak mengatakan apa-apa tentang pendarahan internal," tulis Kelana.
"Ini membawa keputusasaan bagi keluargaku," imbuhnya.
Tepat pukul 15.31 waktu setempat, Kelana dan sang istri kehilangan anak kedua yang telah mereka nantikan.
Bayi itu meninggal karena pendaharan internal otak stadium 4.
"Saya harap pihak berwenang dapat mengambil tindakan tegas terhadap para petugas medis di rumah sakit ini," kata Kelana di akhir tulisannya.
Di akhir tulisan, Kelana juga menambahkan catatan kecil untuk anak pertamanya, Alisha.
"Terima kasih telah menemani papa ketika saat bersedih, adek arif telah menunggumu di surga," tulis Kelana.
Sementara itu, Kelana telah memberikan nama anak keduanya yang telah meninggal, yaitu Mohamed Alauddin Arif Mohamed Riduan.