Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Dukungan kepada Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe turun hanya satu poin menjadi 48 persen. Sementara yang tidak mendukung alias menentang PM Abe menjadi 40 persen atau naik 4 poin.
NNN dan Yomiuri Shimbun melakukan survei sejak 13 hingga 15 Desember 2019 dengan melalui kepada 1.067 responden, terdiri dari 551 telepon rumah (tingkat respons 61 peren) dan 516 ponsel (tingkat respons 44 persen).
Sementara itu menghadapi kasus Sakuranomirukai atau masalah seputar "Pesta Menonton Bunga Sakura" sebanyak 75 persen responden menjawab bahwa mereka tidak yakin dengan penjelasan pemerintah sebelumnya.
Baca: Jadwal Kekaisaran Jepang: 18 Desember Puteri Aiko akan Nonton Film Bersama Kaisar Naruhito
Baca: Sudah 11 Tahun Pembunuh Pelajar Wanita di Jepang Belum Tertangkap Meski Melibatkan Tim Khusus FBI
Sedangkan 13 persen yakin dan cukup puas dengan penjelasan dari PM Jepang Shinzo Abe.
Ketika Partai Demokrat Konstitusional dan Partai Demokrat Nasional berusaha (rencana) bergabung, ketika responden ditanyakan maka jawab para responden, 55 persen mengatakan “tidak berharap” dan 30 persen mengatakan “berharap”.
Adapun kebijakan pemerintah untuk meninjau kembali pengenalan bahasa Jepang dan masalah penulisan matematika dalam tes penerimaan universitas dimulai pada tahun 2020, 58 persen adalah "pantas untuk meninjau kembali" dan 23 persen menyatakan harus "sesuai jadwal" tes tersebut.
Terkait pengiriman pasukan bela diri Jepang ke Timur Tengah, 46 persen responden menyatakan "setuju" dan 38 persen "tidak setuju".
Dari survei tersebut tampak dukungan masyarakat Jepang kepada PM Jepang Shinzo Abe masih cukup kuat sehingga apabila rencana pembubaran parlemen dilakukan, dipastikan partai liberal (LDP) dan Komeito tetap akan mendapatkan kursi mayoritas besar ketimbang partai oposisi.
Bagi penggemar Jepang dapat ikut diskusi dan info terakhir dari WAG Pecinta Jepang. Email nama lengkap dan nomor whatsapp ke: info@jepang.com