Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM - Duta Besar Iran untuk Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) Majid Takht Ravanchi memperingatkan Amerika Serikat (AS) yang telah memulai perang melalui aksi teror.
Ia menilai pernyataan Presiden AS Donald Trump yang mengaku memerintahkan pembunuhan terhadap Jenderal Pasukan Quds Qassem Soleimani menyakiti perasaan warga Iran.
Baca: Ketegangan Iran-AS: Ali Khamenei Berang, Ancaman Trump Hingga Sikap Indonesia
Dikutip dari laman The Independent, Minggu (5/1/2020), Ravanchi yang juga menjabat sebagai Diplomat PBB itu menegaskan pihaknya akan mengambil langkah tegas.
"Iran harus bertindak dan kami akan bertindak," kata Ravanchi.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Antonio Guterres tampaknya menyerukan untuk de-eskalasi karena ia menilai dunia tidak sanggup lagi melihat Perang Teluk lainnya 'pecah'.
Di sisi lain, sebuah peti mati yang membawa jasad Soleimani didorong melintasi banyak jalan di kota Baghdad, Irak.
Jasadnya pun diarak oleh ribuan warga Irak yang berduka atas kematiannya.
Pimpinan Pasukan Mobilisasi Populer Irak Abu Mahdi al-Muhandis serta beberapa orang lainnya turut meneriakkan 'kematian bagi Amerika'.
Atas kematian Soleimani ini, Ravanchi mendesak PBB untuk mengutuk tindakan AS yang disebut sebagai tindak pidana dari negara teroris.
Dalam surat yang dikirim kepada Guterres pada Jumat lalu, Ravanchi mengklaim serangan udara AS yang menargetkan Soleimani jelas merupakan bukti bahwa AS bukan memerangi terorisme.
Karena Soleimani selama ini memainkan peran penting dalam melawan kelompok teroris ISIS.
Menjawab tudingan yang dialamatkan Iran kepadanya, Trump menegaskan bahwa dirinya bertindak demikian untuk menghentikan perang.