TRIBUNNEWS.COM - Pengamat Bidang Militer dan Pertahanan Keamanan, Connie Rahakundini Bakrie angkat bicara soal serangan rudal Amerika Serikat yang menewaskan Jenderal Qassem Soleimani, Jumat (3/1/2020).
Serangan yang menewaskan Wakil Komandan Milisi Irak dukungan Iran ini terjadi di Bandara Internasional Baghdad.
Serangan udara tersebut menyasar konvoi mobil yang ditumpangi Soleimani.
Terkait kejadian itu, Connie menyayangkan tindakan Amerika Serikat (AS).
"Kalau saya melihat, begini ya, disayangkan. Menurut saya, Amerika terlalu buru-buru langsung menghajar sang jenderal," ungkap Connie yang Tribunnews kutip melalui tayangan YouTube Kompas TV, Senin (6/1/2020).
Ia menuturkan, sosok Soleimani merupakan tokoh formal yang sangat dikagumi.
"Jadi, yang bereaksi marah bukan cuma Iran sendiri kan? Tetapi tadi, negara-negara penggemarnya itu juga," katanya.
Disebutkan yang dimaksud negara-negara penggemar sosok Soleimani di antaranya yakni Lebanon, Suriah, Yaman, dan Irak.
Lebih lanjut, Connie menambahkan soal analisa terkait perang dunia ketiga.
"Kalau dianalisa lagi, apakah Amerika akan terus, akan diprediksi, akan perang dunia ke tiga, saya itu agak ragu," terang Connie.
Menurut Connie, konflik ini justru akan menyerang semua bisnis Amerika di seputaran Iran.
Amerika sendiri juga diketahui memiliki pangkalan militer di Arab Saudi.
Setelah tewasnya Komandan Pasukan Quds Force yang dirudal Amerika Serikat, jutaan orang dari berbagai kota di Iran turun ke jalan, Senin (6/1/2020) waktu setempat.
Diwartakan Tribunnews, Jutaan orang itu turun ke jalan dan mengenakan pakaian berwarna hitam.
Dalam aksi tersebut, mereka memberikan penghormatan terakhir untuk Qassem Soleimani.
Di Ibu Kota Teheran, Pemimpin tertinggi Iran, Ayatullah Ali Khamenei memimpin langsung salat jenazah.
Rahbar (sebutan Iran untuk sang pemimpin tertinggi) tak dapat menahan tangis saat memimpin salat.
Iringan doanya menyatu dengan ratapan jutaan pelayat yang membanjiri sepanjang jalan Teheran.
Mereka menuntut pembalasan atas pembunuhan tragis yang meningkatkan ketegangan di Timur Tengah.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani/Malvyandie Haryadi)