TRIBUNNEWS.COM - Seksolog Universitas Indonesia, Zoya Amirin berpandangan bahwa perilaku seks yang dimiliki Reynhard Sinaga adalah paraphilia (kelainan seksual).
Istilah paraphilia pertama kali disebut oleh seorang psikoterapis beranama Wilhelm Stekel dalam bukunya berjudul 'Sexual Aberrations' pada tahun 1925.
Paraphilia berasal dari bahasa Yunani, 'para' berarti 'si samping' dan philia berarti 'cinta'.
"Saya mengatakan dia unspicified paraphilia atau paraphilia yang tidak spesifik," kata Zoya dalam acara Sapa Indonesia Malam yang diunggah di kanal YouTube KompasTV, Selasa (7/1/2020).
"Karena satu dia suka melakukan hubungan seks dengan orang dalam keadaan tidak sadar," ujarnya.
"Tapi di satu sisi lagi dia memiliki kemampuan-kemampuan untuk menarik orang-orang itu untuk tertarik pada grooming nya dia," tambahnya.
Definisi mengenai paraphilia adalah kondisi yang ditandai dorongan, fantasi, atau perlaku seksual yang berulang dan intensif.
Melibatkan objek, aktivitas atau situasi yang tidak biasa dan menimbulkan keadaan distress (stress yang berbahaya).
Zoya mengungkapkan, memang ada kecenderungan kebanyakan kasus-kasus pemerkosaan bukan relatif hanya untuk meluapkan hasrat seksual semata.
Namun, lebih banyak keinginan untuk menguasai orang lain.
Hal tersebut terjadi pada Reynhard yang justru membangga-banggakan perbuatannya.
Karena itu, Zoya menilai Reynhard juga memiliki narcissistic personality disorder.
"Tapi lebih banyak keinginan untuk menguasai orang lain dan itu diceritakan, karena diceritakannya ini dibreaking artinya dia membangga-banggakan itu," ujar Zoya.
"Justru inilah yang meyakinkan saya kalau dia memiliki narcissistic personality disorder," ungkapnya.
"Dimana dia merasa bahwa 'saya bisa menguasai orang lain, orang ini bule lho', heteroseksual pula jadi 'saya bisa menguasai orang yang heteroseksual'," paparnya.
Padahal menguasai dalam arti perbuatan yang dilakukan Reynhard adalah korban dibuat tidak sadar.
Oleh sebab itu, Zoya menganggap, seharusnya itu tidak dibangga-banggakan oleh Reynhard.
Namun, kecenderungan yang dimiliki Reynhard justru membuat Zoya mempertanyakan soal masa lalu Reynhard.
"Tapi kecenderungan dia yang seperti inilah yang membuat saya justru jadi bertanya-tanya 'ada apa dengan masa lalunya dia'," kata Zoya.
Dalam konteks ini, Zoya tidak mempertanyakan tentang latar belakang pendidikan Reynhard dan sebagainya.
"Bagi mereka yang pernah dilecehkan terutama pernah mengalami kekerasan seksual," kata Zoya.
"Dia biasanya ada kecenderungan 30 persen ketika tidak di treat secara baik, punya kecenderungan untuk melakukan kekerasan seksual juga," ungkap Zoya.
Menurut Zoya, persoalannya adalah, pemerkosaan kepada laki-laki ini sangat ringkih maskulinitasnya.
"Karena yang saya tangani aja di Indonesia ada bebera kasus male rape, laki-laki itu malu kalau diperkosa oleh sesama laki-laki," ujar Zoya.
"Apalagi kalau ketahuan diperkosa oleh sesama perempuan, banyak orang yang menganggap ini sebagai jokes, kalau buat saya ini sama sekali nggak lucu," kata Zoya.
Zoya pun lantas mengimbau, bagi laki-laki yang mengalami kekerasan seksual sebaiknya segera minta bantuan.
Karena berbahaya jika didiamkan, ada yang bisa mengatasinya ada juga yang tidak bisa mengatasinya dan balas dendam di masa depan.
Diketahui, nama Reynhard Sinaga, pria asal Indonesia dari Jambi ini tengah menjadi sorotan publik.
Namanya mencuat setelah terbukti bersalah dalam 159 kasus pemerkosaan dan serangan seksual terhadap 48 korban pria.
Akibat kejahatannya, ia dijatuhi hukuman seumur hidup oleh Pengadilan Manchester, Inggris, Senin (6/1/2020).
Para korban Reynhard adalah pria berkulit putih asal Inggris yang rata-rata berusia 20 tahun.
Reynhard melakukan semua aksinya di apartemen pribadi miliknya yang berada di Manchester.
Di sekira kawasan tempat tinggalnya tersebut, terdapat sejumlah klab malam, di mana anak-anak muda sering berkumpul dan minum-minum.
Dalam pemilihan korbannya, Reynhard memilih korban yang tengah dalam konsisi mabuk, agar lebih mudah untuk diajak.
Setelah korban berhasil dibawa Reynhard ke apartemennya, Reynhard segera membius korban dengan obat yang telah dicampur minuman beralkohol.
Ketika korban tak sadarkan diri, ia lantas melakukan aksinya.
Tak hanya diperkosa, saat mencabuli korban, Reynhard juga merekam aksinya dengan menggunakan ponselnya.
Setelah mencabuli korban, Reynhard lantas mengambil barang-barang pribadi milik korbannya.
Barang-barang tersebut berupa jam, kartu identitas, hingga foto profil akun media sosial korban.
Saat korban telah sadarkan diri, Reynhard lantas merangkai cerita palsu terhadap para korbannya.
Reynhard mengarang cerita bahwa para korbannya mabuk dan datang ke apartemen miliknya untuk mengisi daya handphone selulernya.
(Tribunnews.com/Nanda Lusiana Saputri)