TRIBUNNEWS.COM - Mantan menteri di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Mari Elka Pangestu ditunjuk menjadi Direktur Pelaksana, Kebijakan Pembangunan dan Kemitraan untuk Bank Dunia atau World Bank.
Di era SBY, Mari Elka Pangestu menjabat sebagai Menteri Perdagangan pada 2004-2011 dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada 2011-2014.
Kabar penunjukan Mari Elka Pangestu diumumkan di laman resmi Bank Dunia, worldbank.org, Kamis (9/1/2020).
Dalam siaran pers di laman tersebut, Presiden Bank Dunia, David Malpass menyambut baik masuknya Mari Elka ke Bank Dunia.
"Kami sangat senang menyambut Mari (Mari Elka Pangestu,-Red) ke Bank Dunia dalam jabatan baru yang penting di lembaga kami," kata Malpass dikutip dari laman World Bank, Jumat (10/1/2020).
Malpass menyebut pengalaman Mari Elka sebagai menteri senior serta pengalamannya yang luas dalam forum-forum internasional khususnya masalah-masalah pembangunan akan sangat bermanfaat bagi kerja-kerja Bank Dunia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan mengentaskan kemiskinan.
Masih dilaman tersebut, setelah ditunjuk sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia, Mari merasa terhormat atas penunjukannya.
"Merupakan suatu kehormatan besar dapat bergabung dengan Bank Dunia dalam misi pembangunan sebagai program utama. Saya menantikan kesempatan untuk bekerja dengan tim yang kuat untuk menghadapi tantangan yang dihadapi anggota Bank Dunia, " kata Mari.
Ditunjuknya Mari Elka Pangestu sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia ini rupanya tak lepas dari peran Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Dikutip dari pemberitaan Kompas.com pada 11 Oktober 2019, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan Jokowi mencalonkan Mari Elka untuk duduk dalam pimpinan Bank Dunia.
“Mencalonkan Ibu Mari Pangestu untuk menjadi wakil Indonesia di World Bank,” ujar Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, Jakarta, Jumat (11/10/2019).
“Sekarang sedang diproses. Kita doakan mungkin dalam waktu dekat ini akan ada pengumuman mengenai itu,” sambung luhut saat itu.
Selama ini ujarnya, Indonesia kurang agresif mencalonkan putra atau putri terbaik bangsa duduk sebagai wakil Indonesia di lembaga-lembaga besar dunia, termasuk di Bank Dunia.
Hal ini membuat jumlah putra atau putri terbaik Indonesia yang mendapatkan kesempatan duduk dalam kursi pimpinan lembaga internasional, sangat sedikit.