Spesies ikan ini pun membuat para peneliti mencurigai bahwa bagian bawah Sungai Kongo sebetulnya lebih dalam dari yang kita ketahui selama ini, dan ikan tersebut berasal dari bagian yang dalam tersebut.
Untuk menyelidikinya, Stiassny dan para peneliti mengukur kedalaman sungai dengan mengirim sebuah kayak atau perahu kecil yang berlayar di atas jeram pada 2008 dan 2009.
Kayak tersebut dilengkapi dengan alat-alat pengukur kedalaman sungai.
Penelitian ini juga menggunakan instrumen profiler arus akustik untuk mengukur arah dan kecepatan arus di seluruh kolom air.
Hasilnya, para peneliti menemukan bahwa Sungai Kongo memang sangat dalam.
Menurut penelitian yang diterbitkan oleh US Geological Survey, dasar sungai di bagian bawah Sungai Kongo terletak lebih dari 200 meter di bawah permukaan.
"Hasil yang kami dapatkan sangat mencengangkan: Sangat dalam. Sangat dalam" kata Stiassny.
Data mereka juga mengungkapkan adanya arus kuat yang berputar di Sungai Kongo dan menyebabkan timbulnya jet-jet air yang menyemprot dari dasar laut ke permukaan.
Ketika seekor ikan yang tidak beruntung terkena jet ini, ia akan dengan segera terlempar ke permukaan yang terletak ratusan meter di atas dan mengalami sindrom dekompresi.
Sementara misteri ikan yang mati mungkin telah terpecahkan, masih banyak yang bisa diungkap tentangsungai yang unik ini dan hewan-hewan yang hidup di sana.
Salah satu yang menarik adalah bahwa beberapa populasi ikan yang terisolasi satu sama lain memiliki sifat yang sama, dalam proses yang dikenal sebagai evolusi konvergen.
Menurut Stiassny, bagaimana hal itu terjadi di lingkungan yang unik dan ekstrem ini adalah pertanyaan besar yang akan dilaluinya dan rekan-rekannya.