TRIBUNNEWS.COM - Coronavirus menjadi momok diberbagai negara setelah ditemukan lebih dari 6.000 kasus yang dikonfirmasi.
Diketahui, berdasar data yang diupdate oleh South China Morning Post, hingga Rabu (29/1/2020) ini kasus Wuhan virus itu mencapai angka 6.052.
Sedangkan jumlah kematian yang dikonfirmasi telah mencapai 132 korban.
Pemerintah Amerika Seriakt (AS) menaruh perhatian pada kasus wabah coronavirus yang diketahui berasal dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China itu.
Pihak Amerika Serikat mengatakan mereka saat ini sedang mengembangkan vaksin untuk melawan virus mematikan itu.
AS juga mendesak Beijing untuk meningkatkan kerjasama dengan otoritas kesehatan internasional.
Dikutip dari Channel News Asia, pemerintah Amerika Serikat siap menempatkan timnya di lapangan untuk meninjau data mentah dan mempelajari lebih lanjut tentang patogen coronavirus.
"Kami sudah mulai di National Institutes for Health (NIH) dan dengan banyak kolaborator kami tentang pengembangan vaksin," kata pejabat NIH Anthony Fauci.
Proses pembuatan vaksin itu akan memakan waktu hingga tiga bulan untuk memulai percobaan pertama.
Tiga bulan selanjutnya untuk mengumpulkan data, sebelum pindah ke fase kedua.
"Dengan kata lain, kami sedang melihat skenario terburuk, bahwa ini menjadi wabah yang lebih besar," kata Fauci.
Sekretaris Layanan Kesehatan dan Kemanusiaan Amerika Serikat Alez Azar angkat bicara.
Ia mengatakan Amerika Serikat telah menawarkan bantuan ke pemerintah China hingga tiga kali dalam menangani krisis wabah coronavirus.
Sejauh ini, tawaran tersebut tidak berhasil.
"Kami mendesak China, lebih banyak kerja sama dan transparansi adalah langkah paling penting yang dapat diambil agar lebih efektif," kata Azar.
"Pada Senin (6/1/2020) kami menawarkan untuk mengirim tim CDC ke China yang dapat membantu upaya kesehatan masyarakat ini," katanya.
Azar mengatakan, ia mengulangi tawaran bantuan tersebut ketika berbicara dengan Menteri Kesehatan China pada Senin.
Tawaran itu kembali diulangi lagi melalui Pemimpin Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Rabu (29/1/2020) di Beijing.
Coronavirus di Eropa
Sementara itu, serangan virus corona yang menyebar cepat ke banyak negara mencemaskan Eropa.
Pejabat Kesehatan Jerman mengatakan pada Selasa kemarin, bahwa saat ini negara itu memiliki empat kasus yang dikonfirmasi terinfeksi virus corona.
Semua pasien terinfeksi itu merupakan karyawan di sebuah perusahaan Bavaria yang baru-baru ini dikunjungi oleh seorang kolega dari China.
Dikutip dari laman thelocal.de, Rabu (29/1/2020), Kementerian Kesehatan di wilayah Bavaria Selatan Jerman mengatakan dalam sebuah pernyataan resmi, bahwa mereka telah mendeteksi lebih lanjut terkait tiga kasus baru ini.
Hal itu dilakukan setelah seorang laki-laki Jerman berusia 33 tahun tertular virus dari kolega Chinanya.
"Pasien-pasien ini semuanya adalah karyawan di distrik Starnberg, tempat orang pertama terkena virus itu," tulis Kementerian Kesehatan Jerman dalam keterangan resminya.
Kementerian tersebut menambahkan, 40 karyawan lainnya yang bekerja di pemasok suku cadang mobil Webasto juga telah diidentifikasi melakukan kontak secara dekat dengan pasien pertama dan mereka akan diperiksa pada Rabu ini.
Keempat pasien terinfeksi itu saat ini berada di ruang isolasi di rumah sakit Munich.
Pasien pertama Jerman merupakan laki-laki berusia 33 tahun, dan jatuh sakit setelah menghadiri sesi pelatihan yang dipandu oleh seorang kolega yang berasal dari China yang berkunjung pada 21 Januari lalu.
Tidak seperti pasien lainnya yang terkena wabah virus corona di Eropa, laki-laki ini tertular penyakit tersebut tanpa harus pergi ke China.
Seorang Juru Bicara dari pusat pencegahan dan pengendalian penyakit Jerman Institut Robert Koch, mengatakan kepada AFP bahwa kasus Jerman ini tampaknya menjadi contoh pertama 'penularan dari manusia ke manusia' yang terjadi di luar Asia.
Vietnam dan Jepang pun masing-masing telah melaporkan adanya seorang pasien yang positif mengidap virus corona tanpa bepergian ke China.
Sedangkan perempuan China yang baru saja menularkan virus terhadap laki-laki Jerman tersebut, langsung mendapatkan perawatan medis sekembalinya ke negeri tirai bambu.
Ia dipastikan terkena virus yang telah menyebar secara cepat dalam beberapa pekan terakhir, setelah wabah ini muncul kali pertama di kota Wuhan, provinsi Hubei, China.
Kepala Kantor Negara Bagian Bavaria untuk Kesehatan dan Keamanan Pangan Jerman Andreas Zapf mengatakan perempuan China ini baru saja mengunjungi keluarganya di Wuhan, kota yang diduga menjadi sumber kemunculan virus corona.
"Perempuan tersebut baru-baru ini mengunjungi orang tuanya di wilayah Wuhan," kata Zapf.
Dalam sebuah pernyataan resmi, perusahaan Webasto yang mempekerjakan perempuan China itu mengatakan telah menghentikan semua perjalanan bisnis ke dan dari China, setidaknya untuk dua pekan ke depan.
Pejabat Kesehatan Jerman pun tengah memeriksa sekitar 40 orang yang baru-baru ini melakukan kontak dengan dua pekerja.
Virus corona sejauh ini telah membunuh 132 orang dan menginfeksi lebih dari 6.000 lainnya, sebagian besar dari mereka adalah yang berada di sekitar wilayah Wuhan.
Kasus ini juga dilaporkan telah terjadi di sejumlah negara lainnya, termasuk Amerika Serikat (AS), Prancis, Australia dan Jepang.
Menteri Kesehatan Jerman Jahn Spahn menuliskan cuitannya dalam akun Twitter pribadinya bahwa Jerman sangat siap menghadapi kasus ini.
Dalam cuitan lainnya, Spahn menegaskan bahwa para pakar kesehatan melihat risiko penyebaran virus di seluruh populasi di Jerman saat ini tetap berada pada level rendah.
Jerman pun merekomendasikan warga negaranya untuk menghindari perjalanan yang tidak terlalu penting ke China karena virus itu masih terus menyebar.
Negara tersebut juga mempertimbangkan kemungkinan pengevakuasian warga negaranya dari kota Wuhan di China, yang menjadi pusat munculnya virus mematikan ini.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani/Fitri Wulandari)