TRIBUNNEWS.COM - Seorang dokter yang pertama kali memperingatkan adanya wabah virus corona, Li Wenliang, meninggal dunia setelah terinfeksi virus corona, Jumat (7/2/2020).
Li Wenliang merupakan seorang dokter yang pertama kali mengirim pesan kepada sesama petugas medis, terkait adanya wabah yang awalnya ia kira adalah SARS.
Namun, peringatan Li Wenliang ini justru menjadi bumerang baginya karena pihak kepolisian memperingatkannya untuk berhenti membuat komentar palsu.
"Kurasa dia bukan penyebar rumor. Bukankah ini berubah menjadi kenyataan sekarang?" ujar ayah Dr Li, Li Shuying, dikutip dari bbc.com.
Baca: Soal Virus Corona, Jackie Chan Tawarkan Hadiah Rp 1,9 Miliar untuk Siapapun yang Buat Penawarnya
Baca: Kondisi 78 WNI yang Dikarantina di Kapal Pesiar Akibat Terindikasi Virus Corona
"Anakku luar biasa," tambahnya.
Kepemimpinan China telah menghadapi tuduhan meremehkan keparahan virus dan juga berusaha merahasiakannya pada awal kemunculannya.
Atas kematian Li Wenliang ini, sekelompok akademisi China telah menerbitkan surat terbuka yang mendesak pemerintah untuk melindungi kebebasan berpendapat dan meminta maaf atas kematian Li.
Kepala Sekolah Chinese Classics di Central China Normal University, Wuhan, Tang Yiming mengatakan, ia dan rekan-rekannya membahas isi surat tersebut membutuhkan waktu seharian.
"Poin kuncinya adalah kebebasan berbicara, hak dijamin oleh konstitusi," ujarnya, seperti yang dikutip South China Morning Post.
"Jika kata-kata Dr Li tidak diperlakukan sebagai desas-desus, jika setiap warga negara diizinkan untuk mempraktikkan hak mereka untuk menyuarakan kebenaran, kami tidak akan berada dalam kekacauan seperti itu, kami tidak akan memiliki bencana nasional dengan dampak internasional," tambahnya.
Baca: Menkes Terawan Usulkan 100 Pulau Khusus untuk Karantina Penanganan Virus Menular
Baca: Cegah Virus Corona, Hong Kong Mulai Karantina Siapapun yang Datang dari China
Meskipun surat tersebut tidak ditujukan kepada siapa pun secara khusus, surat itu secara luas dibagikan di media sosial.
Surat ini berisikan sebuah kritikan atas cara perlakuan terhadap Li dan tujuh orang lainnya ketika mereka mencoba peringatkan orang-orang akan bahaya yang ditimbulkan oleh virus tersebut, dengan mengatakan hak konstitusional mereka telah dilanggar.
Para akademisi juga meminta pemerintah untuk mengakui telah melakukan kesalahan, menarik tuduhan terhadap pelapor, mengeluarkan permintaan maaf publik kepada mereka dan menyebut Li seorang martir.
Mengutip konstitusi, surat itu mengatakan: "Warga Republik Rakyat Tiongkok menikmati kebebasan berbicara, pers, persatuan, persekutuan, prosesi dan demonstrasi.