Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Jepang adalah negara yang telah melatih masyarakatnya terbiasa menghadapi bencana alam. Sedikitnya dua kali setahun ada latihan menghadapi bencana alam (gempa bumi, tsunami dan lainnya).
"Saat terjadi bencana alam kita ke tempat pengungsian umum bersama. Di sana harus hati-hati. Tiga barang ini sebaiknya tidak digunakan," ungkap pekerja sukarena khusus bencana alam (memiliki sertifikat keahlian mengantisipasi bencana alam Jepang), Takako Matsuoka baru-baru ini.
Tiga benda tersebut mungkin akan kita bawa kalau terjadi bencana. Namun sangat disarankan Matsuoka agar tidak digunakan di dalam tempat pengungsian bersama.
Apa saja tiga benda tersebut?
Lapisan aluminium khusus untuk menghangatkan tubuh di saat bencana, khususnya saat musim dingin, karena semua listrik mati.
Juga sebagai alat untuk menutupi tubuh kita kalau mau buang air kecil atau besar.
Lapisan lembaran aluminium khusus tersebut tidak tembus pandang dan memang bisa dipakai untuk penghangat badan.
Namun kalau kita bawa ke tempat pengungsian umum (bersama) maka akan banyak bermunculan klaim karena berbunyi berisik saat kita menggunakannya.
Padahal para pengungsi umumnya sudah stres dan ingin merasakan ketenangan suasana jauh dari kebisingin.
Lalu barang kedua adalah mie instan. Kalau makanan instant tersebut dimakan di luar tak ada orang mungkin tak masalah.
Baca: 135 Orang di Kapal Pesiar Jepang Positif Terinfeksi Virus Corona
Baca: Buntut Penembakan di Shizuoka, Dua Markas Yakuza Digerebek Polisi Jepang
"Tapi kalau makan di dalam penampungan umum bersama, baunya ke mana-mana, mungkin kurang baik ya bagi tetangga kita di sebelah khususnya," kata Matsuoka.
Bagaimana dengan barang ketiga, kompor gas? Bukankah penting bagi para pengungsi?
"Benar penting. Tetapi kalau pakai kompor gas tersebut akan mudah terbakar dan bau gas, harus sangat hati-hati sekali, risiko tinggi di dalam tempat pengungsian bersama yang banyak menggunakan karton," kata dia.