TRIBUNNEWS.COM - Pihak Facebook dan Twitter telah menolak permintaan Ketua DPR America Serikat Nancy Pelosi untuk menghapus video yang diposting Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Video tersebut berisi tayangan Nancy Pelosi yang merobek salinan naskah pidato Donald Trump saat menyampaikan pidato kenegaraannya.
Nancy Pelosi diketahui meminta pihak Facebook dan Twitter untuk menghapus video yang diklaim telah disunting secara keliru yang menunjukkan dirinya merobek salinan naskah pidato itu berulang-ulang.
Terkait hal ini, Kepala Staf Nancy Pelosi, Drew Hammil buka suara.
Ia mengatakan, orang-orang Amerika tahu bahwa Donald Trump tidak akan memiliki keragauan untuk berbohong kepada mereka.
"Video palsu terbaru Ketua DPR Nancy Pelosi itu sengaja dibuat untuk menyesatkan dan berbohong kepada orang-orang Amerika," tutur Drew Hammil yang dikutip dari The Guardian.
"Dan platform ini menolak untuk menghapusnya, hal itu menunjukkan bahwa mereka lebih peduli pada kepentingan pemegang saham mereka daripada kepentingan publik," terang Drew Hammil.
Video yang menjadi perbincangan ini diunggah Donald Trump melalui akun Twitternya @realDonaldTrump pada Jumat (7/2/2020) lalu.
Hingga saat ini, unggahan itu mendapat respin 91,1 juta retweet dan disukai lebih dari 239,9 juta orang.
Video tersebut memiliki durasi kurang lebih 5.13 detik.
Klip video itu berisi pengulangan ketika Nancy Pelosi merobek salinan naskah pidato Donald Trump.
Video itu disunting dan diselingi klip-klip pidato penghormatan Donald Trump yang menuai pujian.
Penolakan platform Facebook dan Twitter atas permintaan Pelosi telah memicu kecaman.
Juru Bicara Facebook Andy Stone membantah kritikan Drew Hammil melalui cuitan Twitter.