TRIBUNNEWS.COM - National Front for Liberation (NFL) menyerang Syrian Arab Army (SAA) pada Rabu (19/2/2020).
Serangan itu terjadi di pedesaan Aleppo utara.
Dalam video yang diunggah National Liberation Front di YouTube, rudal anti-tank guided (ATGMs) diluncurkan dan terlihat mengancurkan kendaraan tempur berlapis baja.
Dikutip dari South Front, kelompok tersebut didukung oleh Turki untuk menghancurkan dua tank tempur.
Tank tempur tersebut terdiri dari T-72 dan sebuah kendaraan tempur infanteri BMP-1 (IFV) dari tentara di dekat kota al-Shiekh Aqil.
Lebih jauh, dalam beberapa jam, artileri SAA menembaki pos militan di kota-kota Dar'at Izza dan al-Atarib di bagian utara dan barat Aleppo.
Penembakan itu diduga merupakan respon terhadap pemogokan ATGM NFL.
Terlepas dari serangan ini, situasi di sepanjang garis depan Greater Idlib tidak berubah.
Konfrontasi antara SAA dan militer Turki dapat disaksikan di wilayah Greater Idlib.
Ancaman Operasi di Idlib
Sebelumnya diberitakan, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menegaskan ancamannya kepada militer Suriah.
Erdogan mengancam akan mempercepat operasi militer di wilayah tersebut.
Operasi tersebut rencananya akan dilakukan pada akhir bulan Februari jika Damaskus gagal mundur di belakang posisi militer Turki.
"Operasi di Idlib sudah dekat," kata Erdogan kepada legislator partainya di Parlemen, Rabu (19/2/2020).
"Kami menghitung mundur, kami membuat peringatan terakhir kami," tambah Erdogan yang dikutip dari Al Jazeera.
Baca: Tentara Suriah Hentikan Patroli Militer Amerika Serikat, Menyuruh Mereka Putar Balik
Diketahui, Rusia dan sekutu utama pemerintah Suriah yang telah berperang selama sembilan tahun memberi tanggapan.
Mereka menanggapi dengan mengatakan serangan Turki terhadap pasukan Suriah di Idlib akan menjadi skenario terburuk.
"Jika kita berbicara tentang operasi terhadap otoritas resmi Republik Suriah dan angkatan bersenjata Republik Suriah," kata Sekretaris Pers Kremlin Dmitry Peskov.
"Ini tentu saja akan menjadi skenario terburuk," tegasnya.
Lebih jauh, Ankara yang mendukung beberapa kelompok pemberontak di Suriah barat laut marah.
Amarah Ankara tersulut sejak serangan pemerintah Suriah belum lama ini di provinsi Idlib selama dua minggu yang menewaskan 13 personil militer Turki.
Baca: Tentara Suriah Memperkuat Cengkraman Aleppo Sebelum Kerjasama Rusia -Turki
Masalah Waktu
Erdogan mengatakan, dalam negosiasi dengan Rusia terkait kubu pemberontak yang tersisa di Suriah telah gagal.
Rencananya, negosiasi tersebut dilaksanakan untuk mengakhiri kesepakatan dan memperingati operasi militer.
Erdogan menegaskan, hal tersebut hanyalah masalah waktu.
Ia menambahkan, Turki bertekad untuk menjadikan Idlib sebagai zona aman, tanpa peduli biayanya.
Bahkan, lebih jauh ketika negosiasi berlanjut dengan Rusia yang merupakan pendukung Presiden Suriah, Bashar al-Assad.
"Kami tidak akan menyerahkan Idlib kepada rezim Suriah, yang tidak memahami tekad negara kami," tegas Erdogan.
Baca: Kementerian Pertahanan Turki Mengkonfirmasi 5 Tentara Tewas dalam Serangan Militer Suriah di Idlib
Pernyataan Erdogan datang ketika pasukan yang setia kepada al-Assad menekan ofensif di wilayah pemberontakan besar terakhir di negara tersebut.
Diketahui, sekira 900 ribu orang terusir dari rumah dan tempat berlindung mereka dalam waktu kurang dari tiga bulan.
Termasuk, 500 ribu anak-anak sejak pasukan pemerintah Suriah memperbarui serangan di wilayah tersebut.
Pernyataan Erdogan itu juga diketahui datang setelah PBB memperingatkan eksodus besar-besaran di Suriah barat laut sebagai bencana kemanusiaan.
Masih dikutip dari Al Jazeera, hampir 300 warga sipil tewas dalam serangan tahun ini.
Berdasar penuturan Kepala Hak Asasi Manusia (HAM) PBB, sekira 93 persen kematian disebabkan oleh pasukan Suriah dan Rusia.
Baca: PBB Sebut Situasi di Idlib, Suriah Barat Laut Memprihatinkan, Pengungsi: Bagaikan Hari Penghakiman!
Pasukan Militer Turki Mundur
Pasukan militer Turki telah mengundurkan diri dari beberapa pos di pedesaan utara al-hasakah, Suriah.
Informasi tersebut dilaporkan oleh Observatory Syria for Human Right (SOHR) pada Rabu (19/2/2020) kemarin.
Menurut kelompok pemantau yang berbasis di London, pasukan militer Turki menarik diri dari pos di kota Harass, al-Swdah, al-Manajir, dan al-Subliyah.
Dikutip dari South Front, sebelum mundur, pasukan militer tersebut dilaporkan membakar pos mereka.
"Ketegangan antara pasukan Turki dan faksi-faksi (Suriah) yang loyal kepada mereka menjadi prioritas di kawasan tersebut," ungkap sumber lokal kepada SOHR.
Baca: Soal Operasi di Idlib, Presiden Turki Erdogan Hitung Mundur dan Sampaikan Peringatan Terakhir
Untuk diketahui, pekan lalu, pasukan militer Turki diduga mundur dari posisi mereka di dekat kota Hliwah, Jamus, Arisha, Mahmoudiyah, al-Sawda, Saod dan Khirbat Jamour di al-Hsakah utara.
Mengutip dari beberapa sumber, SOHR mengatakan bahwa pasukan militer Turki telah menarik diri dari pos karena tidak berencana untuk membangunnya sejak awal.
Lebih jauh, penarikan pasukan ini dari timur laut bisa terkait dengan penumpukan militer Turki di Idlib, barat laut Suriah.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)