TRIBUNNEWS.COM - Mundurnya Mahathir Mohamad dari kursi Perdana Menteri membuat mata tertuju pada Malaysia.
Terkait mundurnya Mahathir Mohamad, Anwar Ibrahim mengumumkan pada Rabu (26/2/2020) bahwa koalisi Pakatan Harapan mencalonkannya sebagai calon perdana menteri.
Dilansir dari Al Jazeera, Anwar mengatakan, Partai Keadilan Rakyat (PKR) juga mencalonkan namanya sebagai pemimpin negara.
Baca: Anwar Ibrahim Sebut Koalisi Pakatan Calonkan Dirinya Jadi Kandidat Perdana Menteri Malaysia
Baca: Rival Anwar Ibrahim di PKR, Azmin Ali Mantapkan Dukungan untuk Mahathir Mohamad Tetap Jadi PM
Sebelumnya, pada Rabu (26/2/2020), Mahathir berbicara untuk pertama kalinya sejak pengumuman mengejutkan yang ia sampaikan.
"Sebagai manusia normal, saya tidak luput dari kesalahan," kata Mahathir.
"Saya minta maaf jika pengunduran diri saya salah," terangnya.
"Jika mungkin saya akan mencoba untuk mendirikan pemerintahan yang tidak berpihak pada mana pun, hanya untuk kepentingan bangsa yang diutamakan," tegas Mahathir.
Baca: Koalisi Pakatan Harapan Dukung Anwar Ibrahim Jadi Perdana Menteri Malaysia?
Kekacauan Politik
Hubungan yang tidak stabil antara Anwar dan Mahathir membantu memicu krisis politik.
Setelah yang terakhir menolak tekanan untuk menetapkan tanggal soal janji yang dibuat menjelang pemilihan umum 2018 untuk mentransfer kekuasaan ke Anwar.
Seperti halnya hubungan pribadi, politik di Malaysia dibentuk oleh jalinan kepentingan etnis dan agama.
Lebih dari setengah dari 32 juta penduduk negara itu adalah etnis Melayu dan Muslim.
Tetapi, untuk diketahui ada sejumlah besar etnis Cina, India, dan minoritas lainnya.
Sebuah pemerintah persatuan yang memotong garis partai dapat memberi Mahathir kekuatan yang lebih besar daripada ketika ia menjadi perdana menteri pertama Malaysia antara 1981 dan 2003.
Baca: Sejarah Hubungan Politik Mahathir Mohamad dan Anwar Ibrahim, Dulu Pernah Bersatu Sekarang Tak Tentu