Jika Mahathir pada akhirnya dapat membentuk koalisi baru, kemungkinan ia akan memiliki nama baru dan tidak akan terikat untuk mengikuti manifesto pra-pemilihan Pakatan Harapan, termasuk janjinya menyerahkan jabatan pada Anwar Ibrahim.
Wawancara dengan Raja
Masih dilansir South China Morning Post, untuk pertama kalinya dalam sejarah politik Malaysia, sang raja mulai melakukan wawancara kepada 222 anggota parlemen pada Selasa lalu.
Wawancara itu dimaksudkan untuk menentukan siapa perdana menteri selanjutnya.
Perkembangan ini terjadi hanya 21 bulan setelah koalisi Pakatan Harapan menang dramatis atas koalisi Barisan Nasional.
Barisan Nasional yang telah berkuasa selama 61 tahun, ternoda karena korupsi.
Pada saat itu, kemenangan Mahathir (bersama mantan saingannya Anwar Ibrahim) dirayakan sebagai kelahiran "Malaysia Baru".
Pertarungan di dalam Pakatan Harapan langsung dimulai segera setelah itu.
Poin utama pertikaian adalah ketika Anwar Ibrahim (72), akan mengambil alih jabatan Mahathir.
Anwar pernah menjabat sebagai perdana menteri antara 1981 dan 2003.
Anwar mengejutkan Malaysia pada Minggu malam ketika ia merasa telah "dikhianati" oleh anggota partai Mahathir dan yang lainnya dari Parti Keadilan Rakyat (PKR) sendiri yang berusaha menghalanginya untuk menjadi PM Malaysia berikutnya.
Masih menjadi pertanyaan tentang masa depan mantan wakil presiden PKR Azmin Ali, yang dipecat dari partai pada hari Senin bersama sekutunya Zuraidah Kamaruddin.
Sebagai balasan, mantan menteri itu membawa 9 loyalis mereka untuk duduk sebagai blok independen di parlemen.
Azmin telah mengalami keretakan yang berkepanjangan dengan presiden partainya, Anwar.