"Kesepakatan ini tidak dirancang untuk bertahan lama," Galip Dalay, rekan IPC-Mercator di Institut Jerman untuk Urusan Internasional dan Keamanan Jerman.
"Sebaliknya, ini dirancang untuk gagal, dan saya khawatir, dalam waktu yang tidak terlalu lama," tambahnya.
"Setiap pengaturan gencatan senjata di Idlib, kecuali ia memiliki dimensi zona larangan terbang, pasti akan gagal. Kesepakatan di masa lalu tidak pernah menurun. Mereka hanya membekukan krisis sampai eskalasi berikutnya."
Lebih jauh, serangan terbaru yang didukung Rusia di Idlib oleh pasukan al-Assad memicu apa yang dikatakan PBB mungkin merupakan krisis kemanusiaan terburuk dalam perang.
Perang tersebut telah mendorong jutaan orang dari rumah mereka dan menewaskan ratusan ribu orang.
Rusia telah berulang kali mengecilkan pembicaraan tentang krisis pengungsi dan menuduh Turki melanggar hukum internasional dengan menuangkan pasukan dan peralatan ke Idlib sejak awal bulan lalu.
Diketahui, sekira 60 tentara Turki terbunuh saat itu.
Turki, yang memiliki tentara terbesar kedua dalam aliansi NATO transatlantik, telah mencoba untuk melawan kemajuan pemerintah Suriah.
Turki juga telah mencegah gelombang pengungsi memasuki perbatasan selatannya.
Kini, Turki dilaporkan sudah menampung 3,6 juta pengungsi Suriah.
Baca: Turki Tembak Jatuh 2 Jet Tempur Suriah di Idlib, Tidak Ada yang Terluka
Baca: 33 Tentara Turki Tewas dalam Serangan Udara Suriah di Idlib
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)